PERCOBAAN 4
TEKNIK PEMISAHAN
(KROMATOGRAFI)
I.
Tujuan Percobaan
Melakukan teknik pemisahan senyawa kimia secara
kromatografi.
Melakukan
percobaan kromatografi kertas.
Melakukan
percobaan kromatografi lapis tipis.
Memisahkan
pigmen yang ada dalam estraksi pasta tomat
II.
Prinsip Percobaan
Percobaan ini
berdasar pada teknik pemisahan senyawa kimia dengan cara kromatografi.
Kromatografi merupakan metode pemisahan komponen senyawa berdasarkan kepolaran
dan perbedaan kecepatan migrasi. Dilakukan ekstraksi pasta tomat.
III.
Teori Dasar
Teknik
pemisahan adalah suatu proses untuk mengasingkan bahan atau campuran senyawa
kimia kepada bentuk awalnya (Sanagi, 1998).
Teknik
pemisahan terdiri dari berbagai macam metode, yaitu :
1. Dekantasi
adalah metode yang dilakukan untuk memisahkan zat padat dari larutannya. Dekantasi
adalah metode alternatif selain filtrasi untuk memisahkan cairan dari padatan.
Dekantasi dilakukan dengan cara menuang cairan perlahan-lahan sehingga padatan
tertinggal di dalam wadah.
2.
Filtrasi adalah metode pemisahaan yang menggunakan alat penyaringan untuk
memisahkan zat nya.
3.
Sublimasi metode pemisahan dengan teknik penguapan zat padat, memisahkan
campuran senyawa dalam bentuk kristal dengan mengubah fasanya menjadi gas
terlebih dahulu. Teknik ini hanya efektif untuk kristal yang mudah mengalami
sublimasi atau umumnya kristal dengan titik lebur yang rendah karena dibutuhkan
energi panas yang sangat besar apabila kristal tersebut memiliki titik yang
sangat tinggi.
4.
Kristalisasi adalah metode pemisahan dengan teknik pemisahan untuk memperoleh
zat padat dalam larutan, pemurnian campuran senyawa dalam keadaan cair maupun
padatan. Teknik ini menggunakan prinsip perbedaan kelarutan senyawa pada
temperatur yang berbeda-beda.
5.
Distilasi adalah metode untuk memperoleh
suatu bahan berwujud cair.
6.
Adsorbsi untuk memberishkan bahan dari pengotornya.
7.
Ekstraksi melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang sesuai.
8.
Kromatografi adalah teknik pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
pelarut pada suatu lapisan zat tertentu.
Proses
pemisahan dengan kromatografi tidak sesederhana dalam tekniknya. Adapun
gambaran interaksi yang mungkin selama proses pemisahan dengan teknik
kromatografi diringkaskan sebagai berikut :
Interaksi
adsorbsi, senyawa diserap oleh permukaan padatan dan terjadi keseimbangan
jumlah solut dalam fasa diam dan fasa gerak.
Interaksi
partisi lapisan cairan sebagai fasa diam yang diembankan pada suatu padatan
akan mendistribusi senyawa dan dipisahkan membentuk fasa gerak.
Interaksi
penukaran ion dengan muatan berlawanan akan terikat oleh fasa diam melalui gaya
elektrostatik. Interaksi molekular teknik pemisahan berdasarkan ukuran molekul.
Interaksi afinitas menggunakan interaksi spesifik antara molekul jenis
tertentu.
Bervariasi
nya teknik kromatografi menyebabkan kesulitan tersendiri bagi yang akan
melakukan metode tersebut. Faktor-faktor yang dapat diambil sebagai
pertimbangan untuk menentukan jenis kromatografi antara lain:
1.
Mudah tidaknya
teknik ini dilakukan.
2.
Maksud dari
pemisahan yang dilakukan, untuk keperluan analisis kualitatif atau kuntitatif
3.
Bentuk senyawa
yang akan dipisahkan.
4.
Polaritas senyawa
Partisi : umumnya
untuk senyawa polar / larut dalam pelarut polar.
Adsorbsi : umumnya untuk senyawa kurang hingga non
polar.
Pada
percobaan kali ini teknik pemisahan yang akan digunakan adalah teknik ekstraksi
dan teknik kromatografi. Metode kromatografi dapat dibagi menjadi kromatografi
kolom, kromatografi gas, kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.
Kromatografi
kolom adalah metode yang digunakan untuk memurnikan bahan kimia tunggal dari
campurannya.
Kromatografi
gas merupakan kromatografi dengan fasanya adalah gas. Kromatografi gas
digunakan untuk analisis laboratorium sampel gas dan uap.
Kromatografi
lapis tipis adalah kromatografi yang fase stasionernya berupa lapisan tipis
suatu adsorben biasanya silika gel, alumunium oksida atau selulosa.
Kromatografi lapis tipis atau TLC (thin
layer-chromatoraphy) seperti halnya kromatografi kertas, murah dan mudah
dilakukan, kromatografi ini mempunyai keunggulan dari segi kecepatan
kromatografi kertas, prosesnya hanya membutuhkan setengah jam. Ahli kimia
mendapati teknik kromatografi sangat berguna untuk memisahkan bahan-bahan dan menganalisa
sampel yang kompleks.
Kromatografi
kertas merupakan contoh dalam partisi bentuk planar, teknik ini dapat digunakan untuk memisahkan
zat-zat warna yang terdapat pada tinta atau bahan pewarna, umumnya mudah
digunakan karena sistem kromatografinya yang sangat sederhana hanya membutuhkan
sepotong kertas, tinta warna dan pelarut dalam suatu bejana saja.
Ekstraksi
adalah metode pemisahan yang berdasar pada prinsip perbedaan kelarutan suatu
senyawa pada pelarut yang berbeda-beda. Dengan memilih pelarut yang tepat maka
suatu senyawa dapat dimurnikan atau dipisahkan dari campurannya, teknik
ekstraksi didasarkan pada perbedaan kelarutan zat-zat penyusun campuran.
Menurut Farmakope
Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat
dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar
pengaruh cahaya matahari langsung (Ditjen POM, 1979).
Evaporasi
atau penguapan merupakan suatu teknik untuk menghilangkan pelarut dengan cara
pemanasan agar diperoleh zat terlarut yang murni. Cara ini banyak digunakan
setelah proses ekstraksi. Pelarut organik akan mudah diuapkan dengan cara ini.
IV.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang
digunakan pada saat praktikum: Tabung reaksi, corong, pensil, pipa kapiler,
beaker glass, plastik wrapped, pipet
tetes, wadah bermulut lebar, timbangan, plat KLT, lampu UV.
Bahan-bahan
yang digunakan pada saat praktikum: Kertas whatman no.1, pasta tomat, etanol,
diklorometan, larutan NaCl, Natrium Sulfat anhidrat, larutan β-karoten, kertas
kromatografi, kertas iodin, uap iodin.
V.
PROSEDUR
A.
Pembuatan ekstrak
pigmen (Ekstraksi)
Diambil pasta tomat secukupnya
dengan spatel, dimasukan kedalam cawan penguap dan ditambahkan etanol sampai
terendam lalu di aduk.
Pasta tomat di
tambahkan etanol lalu diuapkan diatas bunsen. Setelah diuapkan ditambahkan
diklrometan diaduk, dihasilkan cairan dan hampas, ditambahkan NaCl untuk menarik
air, ditambahkan Natrium sulfat anhidrat secukupnya lalu di kocok hingga pigmen
pasta tomat terpisah dengan air.
B.
Kromatografi
kertas
Pertama dibuat terlebih dahulu
fase gerak untuk kromatografi kertas dengan mencampurkan pretoleum eter
berbanding aseton 9 : 1. Diambil masing-masing ke dalam tabung reaksi pretoleum
eter dan aseton. Pretoleum eter sebanyak 9mL dan asteon 1 mL. Keduanya
dimasukan kedalam beaker glass dan di masukan pula kertas whatman no 1.yg sudah di potong lebih kecil, di
jenuhkan, ditutup rapat dengan plastik wrapped.
C.
Kromatografi lapis
tipis
Pertama dibuat terlebih dahulu fase gerak untuk
kromatografi lapis tipis dengan mencampurkan n.heksana dan etanol 70 : 30. Diambil
dan dimasukan kedalam tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan
n.heksana 7mL dan etanol 3mL. Dimasukan kedalam beaker glass dan dijenuhkan
kertas whatman no 1. Ditutup rapat
dengan plastik wrapped.
Disiapkan kertas whatman no 1 dan plat KLT lalu
diteteskan ekstrak pigmen pasta tomat dan larutan standar β-karoten menggunakan
pipet dan diberi tanda dengan pensil untuk membedakannya. Kertas whatman yang
ada pada beaker glass dibuang dan digantikan dengan whatman dan plat KLT dengan
posisi tegak pada saat laju gerak sudah sampai tanda batas diangkat dan
dikeringkan. Diamati laju gerak
pada lampu UV dan ditentukan nilai rfnya.
VI.
HASIL PENGAMATAN
DAN PERHITUNGAN
A.
Pembuatan ekstrak
pigmen (Ekstraksi)
Pada saat pencampuran etanol
dan pasta tomat, lalu etanolnya dibuang tekstur pada pasta tomat menjadi
memadat dan warnanya memudar. Dilakukan penambahan NaCl sampel yang memadat
tadi kembali berupa cairan dan dikeringkan kembali di ruang asam.
B.
Kromatografi
kertas
Pada saat dilakukan penjenuhan kertas whatman di dalam
beaker glass yang berisi fase gerak, lama kelamaan fase gerak nai mencapai
tanda batas.
Fase
gerak
eluon
petroleum eter : aseton (9 : 1)
Eter
=
x 10 mL
= 9mL
Aseton =
x 10 mL = 1 mL
Nilai RF =
= 0,98
C.
Kromatografi lapis
tipi
Pada saat dilakukan penjenuhan kertas whatman di dalam
beaker glass yang berisi fase gerak, lama kelamaan fase gerak nai mencapai
tanda batas.
Fase gerak
n. heksana : etanol (70 : 30)
Eter =
x 10 mL
= 7Ml
Aseton =
x 10 mL = 3 mL
Nilai RF =
= 0,86
Catatan.
Nilai RF adalah jarak yang ditempuh sampel dari awal
dibagi jarak yang ditempuh fase gerak diawal.
VII.
PEMBAHASAN
Teknik pemisahan adalah metode dalam teknik kimia yaitu
proses untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu
campuran senyawa kimia. Sebagian besar
senyawa kimia ditemukan dalam keadaan tidak murni, karena tercampur dengan
senyawa lain.
Ada beberapa jenis-jenis Ekstraksi diantaranya :
Maserasi
metode ekstrasi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi,
menggunakan pelarut yang direndamkan pada simplisia dalam suhu kamar, bila
dibantu pengadukan secara konstan maka disebut maserasi kinetik.
Perkolasi
adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua
pelarut tertarik dengan sempurna (exhaustive extraction).
Refluks
adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang didihkan beserta simplisia selama
waktu tertentu dan jumlah pelarutnya konstan.
Soxhletasi atau
ekstraksi sinambung adalah proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru dengan menggunakan soxhlet. ekstrasi terjadi secara berkelanjutan,
dengan jumlah pelarut yang relatif konstan
Prinsip
dasar pemisahan campuran dengan cara ekstraksi adalah perbedaan kelarutan zat
dalam pelarut. Ada dua jenis pelarut
: polar (pelarut yang dapat bercampur dengan air) dan non polar (pelarut yang
dapat bercampur dengan lemak/minyak). Contoh pelarut polar air dan alkohol
sedangkan pelarut non polar eter dan aseton. Eter lebih condong sebagai pelarut
non polar and alkohol sebagai pelarut polar karena bersifat dihidrolis atau
dapat menarik air. Pelarut etanol digunakan dalam percobaan ini karena
kelarutan etanol sangat mudah larut dalam air bahkan kelarutan etanol tidak
terbatas. Penggunaan diklorometan pada percobaan ini karena DCM bersifat non
polar dan tidak ada ikatan OH.
Pada
saat larutan NaCl dan air dimasukan kedalam tabung reaksi dengan Diklorometan
dan β-karoten terpisah karena masa jenis nya lebih ringan.
Senyawa
polar
adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada
unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai
nilai keelektronegatifitas yang berbeda.
Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat
adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini
terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai elektronegatifitas yang
sama/hampir sama.
senyawa kovalen polar akan larut dalam pelarut polar,
sedangkan senyawa kovalen non polar akan larut dalam pelarut yang juga
nonpolar, contohnya gula pasir larut dalam alkohol dan air tetapi tidak dalam
benzena.
Senyawa ion tidak larut dalam pelarut organik tetapi larut dalam
air, contohnya NaCl larut dalam pelarut air tetapi tidak larut dalam pelarut
organik seperti alkohol dan benzena. Perbedaan senyawa kovalen polar dan
senyawa ion umumnya senyawa ion larut dalam air, tidak larut dalam pelarut
polar dan non polar sedangkan senyawa kovalen polar larut dalam pelarut polar
dan air, juga kovalen non polar umumnya larut dalam pelarut non polar.
Pelarut organik, pelarut
yang umumnya mengandung atom karbon dalam molekulnya. Dalam pelarut organik,
zat terlarut didasarkan pada kemampuan koordinasi dan konstanta dielektriknya.
Pelarut organik dapat bersifat polar dan non-polar bergantung pada gugus
kepolaran yang dimilikinya. Pada proses kelarutan dalam pelarut organik,
biasanya reaksi yang terjadi berjalan lambat sehingga perlu energi yang didapat
dengan cara pemanasan untuk mengoptimumkan kondisi kelarutan. Contoh pelarut
organik eter toluena, aseton alkohol, ester, etil asetat, keton, dan
sebagainya. Adapun pelarut organik etil asetat, butanol, diklrometan/kloroform
dan heksana lazim digunakan untuk tahap fraksinasi dengan metode cair-cair atau
padat-cair.
Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam
campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini dilakukan untuk memisahkan
zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahannya. Sebagian zat
padat dipindahkan ke zat cair (pelarut)
Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam
campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi
pelarut, ekstraksi cair-cair untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam
tertentu dalam larutan air. Ekstraksi cair-cair zat yang terlarut dalam pelarut
tidak boleh larut dalam zat cair yang diekstraksikan.
Perbedaan metode dekantasi dan filtrasi
Filtrasi adalah metode pemisahan yang digunakan untuk
memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan menggunakan penyaring
(filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Contoh campurain air dan pasir
dapat dipisahkan menggunakan kertas saring.
Dekantasi adalah metode alternatif
selain filtrasi untuk memisahkan cairan dari padatan. Dekantasi dilakukan
dengan cara menuang cairan perlahan-lahan sehingga padatan tertinggal di dalam
wadah. Metode ini lebih cepat dari filtrasi, tetapi hasilnya kurang efektif,
hasil pemisahan akan efektif bila ukuran zat pada campuran jauh lebih besar,
misal campuran air dengan kerikil.
Jadi perbedaannya jika metode filtrasi
menggunakan saringan dan hasilnya lebih efektif sedangkan dekantasi dengan cara
dituang zat yang akan dipisah metode ini lebih cepat, tapi tidak terlalu
efektif.
Pada
percobaan kali ini teknik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis di
kategorikan kedalam analisa kuantitatif karena pada keduanya dihasilkan nilai
rf.
Nilai
Rf adalah jarak yang ditempuh spot sampel dari awal dibagi jarak yang ditempuh
pelaru atau fase gerak dari awal. Nilai Rf terbsar dimiliki oleh komponen
penyusun yang memiliki ukuran partikel terkecil dan sebaliknya nilai Rf
terkecil dimiliki oleh ukuran partikel penyusun terbesar.
VIII.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil percobaan dapat disimpulkan dari percobaan kromatografi kertas dengan
menggunaan petroleum eter, aseton dengan perbandingan 9 : 1 menghasilkan nilai
RF 0,98. Percobaan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan n-heksana
berbanding etanol dengan perbandingan 70 : 30 menghasilkan nilai RF 0,86. Dari ekstra pigmen pasta tomat dihasilkan pigmen
β-karoten.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, A. 2006. IPA TERPADU. Jakarta : Grasindo
(google/ebook).
Underwood, D.2002. Analisis kimia kuantitatif, edisi ke-4.
Jakarta : Erlangga. (google/ebook)
Lestari, F. 2010. BAHAYA KIMIA (Sampling dan pengukuran
kontaminan kimia di udara). Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
(google/ebook)
Sanagi, M. 1998. Teknik pemisahan dalam analisis kimia.
Malaysia: Percetakan Surya SDN. BHD. (google/ebook).
Mikrajuddin.
2004. IPA TERPADU. Jakarta : ESIS.
Rubiyanto, S. 2017. Metode Kromatografi: Prinsip Dasar Kromatografi.
Jakarta : DeePublish
(google/ebook).
Arisworo, Dj.2006. IPA TERPADU (Biologi Kimia
Fisika). Jakarta : PT
Grafindo
Media Pratama (google/ebook).
Sunarya, Y dan
Agus. 2007. Mudah dan Aktif Belajar
Kimia. Bandung : PT. Grafindo Media Pratama
Pudjaatmaka,
A. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai
Pustaka
(google/ebook)
Ditjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia,
Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Fibrianto, N D. 2009. Panduan
Kimia Praktis. Jakarta : Pustaka Widyatama
Comments
Post a Comment