Skip to main content

LAPORAN MODUL 5 VISKOSITAS DAN RHEOLOGI FARMASI FISIKA


PERCOBAAN 5
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

I.                   Tujuan Percobaan
1.1   Menerangkan arti viskositas dan rheologi
1.2   Membedakan cairan Newton dan cairan Non-Newton
1.3   Menentukan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi
1.4   Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non-Newton
1.5   Menerangkan pengaruh BJ terhadap viskositas larutan

II.                Prinsip Percobaan
Menentukan viskositas gliserin, propilenglikol, sirupus simpleks dengan mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung yang menggunakkan viskometer bola jatuh pada suhu tertentu. Mengukur viskositas dan sifat aliran cairan dengan menggunakan viskometer Brookfield berdasarkan kecepatan rotasi spindel 61, 62, 63 dan 64 dari suatu cairan gliserin, propilenglikol, dan sirupus simpleks.

III.             Teori Umum
3.1  Definisi viskositas dan Rheologi
3.1.1        Viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka berarti viskositas dari cairan itu rendah (misalnya air). Dan bila cairan itu mengalir lambat, maka dikatakan cairan itu viskositas tinggi. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Menurut poiseulle, jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan waktu (Dudgale.1986)
Viskositas biasanya diterima sebagai ā€œkekentalanā€ atau penolakan terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dapat dipikir sebagai cara untuk mengukur gesekan fluid. Prinsip dasar penerapan viskositas digunakan dalama sifat alir zat cair atau rheologi. Rheologi merupakan ilmu tentang sifat alir suatu zat. Rheologi terlibat dalam pembuatan, pengemasan atau pemakaian, konsistensi, stabilitas dan ketersediaan hayati sediaan (Moechtar,1990)
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripadagas. Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur.Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan (Martin,1993).
Pada hukum aliran viskositas Newton menyatakan hubungan antara gaya-gaya mekanika dari suatu aliran viskos. Geseran dalam viskositas (fluida) adlah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskositas dapat digambarkan dengan dua buah bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan permukaan atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang berkerja pada lapidan fluida (Dudgale,1986).
Berdasarkan hukum Newton tentang sifat aliran cairan, maka tipe aliran dibedakan menjadi 2, yaitu cairan newton dan cairan non newton (Wiroatmojo, 1988).
1.      Sistem Newton
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas suatu cairan, makin besar pula gaya per satuan luas (tegangan geser) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu laju geser tertentu. Laju geser diberi lambang G. Oleh sebab itu, laju geser harus berbanding langsung dengan tegangan geser, atau dimana h = koefisien viskositas-viskositas, satuan viskositas: poise = dyne detik cm, Cps (centipoise) = 0,01 poise 
Tipe Aliran/ Sifat alir. Cairan yang mengikuti hukum Newton viskositasnya tetap pada suhu & tekanan tertentu dan tidak tegantung pada kecepatan geser. Oleh karena itu viskositasnya dapat ditentukan pada satu kecepatan geser saja dengan menggunakan viscometer kapiler atau bola jatuh. Sifat alir ini dimiliki untuk cairan-cairan murni dan beberapa larutan zat (larutan gula, sorbitol, gliserin, minyak jarak, kloroform,air, dll) (Wiroatmojo, 1988).
2.      Non Newton
Aturannya tidak mengikuti aturan viskositas. Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar atau mempunyai struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan cairan bukan cairan Newton sehingga diperlukan tambahan gaya atau jika perlu memecah strukturnya (Wiroatmojo, 1988)
Cairan non Newton ini dibagi ke dalam ke dalam dua kelompok, yaitu:   
1.      Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu, diantaranya:   
a.       Aliran plastis   
Aliran plastis kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong sumbu shearing stress pada titik tertentu yang dikenal dengan harga yield. Bingham bodie tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar harga yield tersebut.

b.      Aliran pseudoplastis
Viskositas cairan pseudoplastis akan berkurang dengan meningkatnya rate of shear

c.       Aliran dilatan
Viskositas cairan dilatan akan bertambah dengan meningkatnya rate of shear.


2.      Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu, diantaranya:   
a.       Aliran thisotropik
Tiksotropi bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Gejala tiksotropi sering dikenal dengan shear thinning sistem (aksi plastis dan pseudoplastis). Kurva menurun sering kali diganti ke sebelah kiri dan kurva yang menaik menunjukkan bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva menurun dibandingkan dengan pada kurva menaik. Ini menunjukkan adanya pemecahan struktur dan juga shear thinning yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress tersebut dihilangkan atau dikurangi.
b.      Aliran rheopeksi  
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel lebih cepat jika diaduk perlahan-lahan atau kalau di shear dari pada jika dibiakan membentuk gel tersebut tanpa pengadukan Dalam suatu sistem reopektis, gel tersebut adalah bentuk keseimbangan. Sedangkan dalam anti tiksotropi keadaan keseimbangan adalah sol.
c.       Aliran antiitksotropik
Antithiksotropi yang menyatakan kenaikan bukan pengurangan konsistensi pada kurva menurun. Kenaikan dalam halkekentalan atau hambatan (resisten) mengalir dengan bertambahnya waktu shear ini telah di selidiki oleh Chong et. Al.
Viskositas cairan non Newton bervariasi pada setiap rate of shear, sehingga untuk mengetahui sifat alirannya harus dilakukan pengamatan pada berbagi rate of shear. Nilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik dan instrinsik. Viskositas spesifik ditentukan dengan membandingkansecara langsung kecepatan aluran suatu larutan dengan pelarutnya. Viskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas larutan. Baik viskositas spesifik maupun kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer kapiler. Untuk penentuan viskometer larutan primer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah viskometer Ubbelohde (Wiroatmojo, 1988).
Adapun alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat yaitu viskometer, dimana ada dua jenis viskometer yaitu (Sinko, 2011):1.
1.        Viskometer satu titik 
Viskometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser saja,sehingga hanya dihasilkan satu titik pada rheogram. Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan newton, yangtermasuk kedalam jenis alat ini yaitu viskometer kapiler, viskometer bola jatuh, dan penetrometer.
a.    Viscometer Hoppler
Berdasarkan hukum stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari resiprok sampel. (Daryanto, 2004)
Prinsip kerjanya adalah mengelindingkan bola yang terbuat dari kaca/ besi melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diamati. Pada viskosimeter Hoeppler tabungnya dipasang miring sehingga kecepatan bola jatuh akan berkurang sehingga pengukuran dapat dilakukan lebih teliti. Viskometer ini cocok digunakan untuk cairan yang mempunyai viskositas yang sukar diukur dengan viskosimeter kapiler (Butar, R.2011).
Selanjutnya, viskositas cairan dapat dihitung dengan persamaan stokes yaitu :
η = 2r2(ρ1-ρ2)g/9v
Keterangan :   
r =  jari-jari bola (cm)
ρ1= bobot jenis bola
ρ2= bobot jenis cairan
g = gaya gravitasi
v = kecepatan bola (cm.detik -1)
Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :
η= B(ρ1-ρ2)t
Keterangan :   
B = konstanta bola
T = waktu tempuh boal jatuh(detik)

2.      Viskometer titik ganda
Viskometer jenis ini pengukurannya dapat dilakukan pada beberapaharga kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yangsempurna. Viskometer jenis ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan newton maupun cairan non newton, yang termasukkedalam jenis alat ini yaitu viskometer rotasi tipe Stromer, viskometer Brookfield dan Rotovisco.
Berdasarkan hukum Newton tentang sifat aliran cairan, maka tipe aliran dibedakan menjadi 2, yaitu cairan newton dan cairan non newton (Wiroatmojo, 1988)
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut (Rana, 2015):
1.      Tekanan
Viskositas suatu zat cair akan naik jika dipengaruhi oleh tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2.      Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas akan naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga menimbulkan gaya interaksi antar molekul menjadi melemah. Dengan demikian viskositas suatu zat cair akan turun dengan naiknya temperatur.
3.      Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu dapat mengakibatkan meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambah seperti bahan suspensi akan menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin, adanya penambahan air akan menyebabkan viskositasnya menurun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer pada waktu alirannya cepat.
4.      Ukuran dan berat molekul
Viskositas akan naik bersamaan dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi sehingga viskositasnya juga tinggi.
5.      Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap antar molekul semakin banyak.
6.      Kekuatan antar molekul
Viskositas air akan naik dengan adanya ikatan molekul hidrogen, viskositas molekul CPO dengan gugus OH pada trigliserida naik dalam keadaan sama.
7.      Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan bahwa banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak pula partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:
1.      Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2.      Kekentalan (viskositas)
Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
3.      Jumlah partikel (konsentrasi)
Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4.      Sifat / muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya ( Anonim, 2010).
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
a.       Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b.      Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c.       Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator (Anief, M., 1987).
Berikut adalah contoh dari suspesi :
1.      Pemerian Gom Arab (PGA)
Pemerian tidak berbau. Kelarutan larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit; praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Kegunaan peningkatan viskositas.
2.      Carboxy Methyl Celluloce (CMC)
Pemerian serbuk atau butiran; puih atau putih kuning gading; tidak berbau atau hamper tidak berbau; higroskopis. Kelarutan praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter, dan toluene. Mudah terdispersi dalam air pada seluruh temperatur, membentuk larutan kolloidal bersih. Penyimpanan disimpan pada wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada tempat yang sejuk dan kering. Kegunaannya Peningkat viskositas
3.      Sirup Simpleks 
Pemerian cairan jernih tidak berwarna. Pembuatan larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal paraben 0,25% b/v secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian sirup. Kegunaannya pemanis, zat tambahan. Konsentrasinya 20-60%. Penyimpanannya wadah tertutup rapat, ditempat sejuk (Farmakope Indonesia edisi III halaman 567).
3.1.2        Rheologi
Rheologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan kedalam wadah, pemindahansebelum digunakan, apakah dicapai dengan penuangan dari botol, pengeluaran dari tube atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu produk tertentu yang dapat berkisar dalam konsistensi dari bentuk cair ke semisolid, sampai ke padatan, dapat mempengaruhi penerimaan bagi si pasien, stabilitas fisika, dan bahkan availabilitas biologis jadi viskositas telah terbukti mempengaruhi laju absorpsi obat saluran cerna (Martin,1993).

IV.             Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Gelas ukur
Gliserin
Beaker gelas
Propilenglikol
Timbangan
Sirupus simplek 65%
Batang pengaduk
PGA 10%
Spatel
PGA 20%
Mortir dan Stamper
CMC 1%
Piknometer
Aquadest
Spindel

Perkamen


V.                Prosedur Pembuatan
5.1    Viskometer Hoppler (Bola Jatuh)
Diisi tabung yang ada didalam alat, dengan cairan yang diukur viskositasnya sampai hampir penuh. Dimasukkan bola ke-1 sampai ke-6, satu per satu. Ditambahkan cairan sampai tabung penuh dan ditutup sedemikian rupa, sehingga tidak terdapat gelembung udara didalam tabung. Bila bola sudah menurun melampaui garis awal, kembalikan bola ke posisi semula dengan cara memutar tabung 360°. Dicatat waktu tempuh bola melalui tabung mulai dari m1 sampai m3 didalam detik. Ditentukan bobot jenis (BJ) cairan dengan menggunakan piknometer. Dihitung viskositas cairan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Dijelaskan pengaruh BJ terhadap viskositas larutan. Waktu pengukuran terbaik adalah minimum 30 detik dan maksimum 500 detik. Oleh karena itu perlu dilakukan bola yang cocok terlebih dahulu.
5.2    Viskometer Brookfield
Dipasang spindel pada gantungan spindel. Diturunkan sedemikian rupa, sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya. Dipasangkan stop kontak. Dihidupkan motor sambil menekan tombol. Dibiarkan spindel berputar dan dicatat angka viskositas yang tertera pada alat. Diubah-ubahnya rpm, akan diperoeh viskositas cairan pada berbagi rpm. Dibuat grafik antara rpm dan viskositas, kemudian ditentukan tipe aliran dari masing-masing zat. Dijelaskan pengaruh BJ terhadap viskositas larutan.

VI.             Data Pengamatan
6.1   Perhitungan:
6.1.1        CMC 1% =
6.1.2        PGA 10% =
6.1.3        PGA 20% =
6.1.4        Syr Simpleks 65 % =
6.2  Perhitungan BJ Gliserin:

 Dik :  W1 = 17,94 gr
          W2 = 29,58 gr
          W3 = 29,58 gr
BJ =  =  = 1,641
6.3  Perhitungan BJ PPG:
Dik:   W1 = 17,94 gr
          W2 = 29,58 gr
          W3 = 30,30 gr
BJ =  =  = 1,061
6.4  Perhitungan BJ Syr Simpleks:
Dik:   W1 = 17,94 gr
          W2 = 29,58 gr
          W3 = 32,58 gr
BJ =  =  = 1,257
6.5  Tabel hasil Viskometer Hoopler
6.5.1        Gliserin                                                          
Bola
Waktu (S)
1.
04.2 detik
2.
15.3 detik
3.
2.55 detik
4.
15.48 detik
5.
> 500 detik
6.
> 500 detik

6.5.2        PPG                                                  
Bola
Waktu (S)
1.
01.61 detik
2.
01.92 detik
3.
08.21 detik
4.
42.83 detik
5.
> 500 detik
6.
> 500 detik

Perhitungan bola PPG (bola ke-4):
n = t (Sb – Sf) x B
   = 42,83 (8,1270 – 1,061) x 0,498
   = 42,83 (7,066) x 0,498
   = 150,713 poise
6.5.3   Sirupus Simpleks
Bola
Waktu (S)
1.
02.63 detik
2.
03.09 detik
3.
04.81detik
4.
26.40 detik
5.
30.30 detik
6.
40.26 detik


Perhitungan Syr simpleks  (bola ke-5):
n = t (Sb – Sf) x B
   = 30,30 (7,7145 – 1,257) x 6,738
   = 30,30 ( 6,4575) x 6,738
   = 1318,372 poise


6.6  Tabel Viskometer Brookfield
Sampel
RPM
Titik normal
RPM
Titik Balik
Mpa
%
CP
%

61
10
EEEE
EEEE
100
EEEE
EEEE
30
EEEE
EEEE
60
EEEE
EEEE
60
EEEE
EEEE
30
EEEE
EEEE
100
EEEE
EEEE
10
EEEE
EEEE

62
10
1101
36,7
100
EEEE
EEEE
30
898
89,8
60
EEEE
EEEE
60
EEEEE
EEEE
30
845
84,5
100
EEEEE
EEEE
10
927
30,9

63
10
460
3,8
100
575
47,9
30
896
22,4
60
744
37,2
60
752
37,6
30
792
19,8
100
583
48,6
10
500
4,2

64
10
420
0,7
100
1254
20,9
30
2180
10,9
60
1200
12,0
60
1380
13,8
30
1520
7,6
100
1230
20,5
10
0
0,0
6.6.1        CMC Na 1 %
6.6.2        Gliserin dalam 500 mL

Sampel
RPM
Titik normal
RPM
Titik Balik
Mpa
%
CP
%

61
10
EEEE
EEEE
100
EEEE
EEEE
30
EEEE
EEEE
60
EEEE
EEEE
60
EEEE
EEEE
30
EEEE
EEEE
100
EEEE
EEEE
10
EEEE
EEEE

62
10
90,0
15,0
100
EEEE
EEEE
30
114,9
38,3
60
EEEE
EEEE
60
EEEE
EEEE
30
130,6
65,3
100
EEEE
EEEE
10
91,2
15,2

63
10
0,0
0,0
100
29,40
49,1
30
22,6
11,3
60
26,4
26,4
60
25,2
25,2
30
23,8
11,9
100
28,38
47,3
10
0,0
0,0

64
10
-----
-1,4
100
6,06
10,1
30
0,0
0,0
60
3,0
3,0
60
2,5
2,5
30
1,4
0,7
100
5,94
9,9
10
-----
-2,8

6.6.3        PGA 10% dalam 500 mL
Sampel
RPM
Titik normal
RPM
Titik Balik
Mpa
%
CP
%

61
10
-----
14,7
100
EEEEE
EEEE
30
-----
48,8
60
EEEEE
EEEE
60
-----
EEEE
30
90,6
45,3
100
4,74
EEEE
10
79,2
13,2

62
10
----
-2,6
100
19,2
6,4
30
----
0,6
60
8,5
1,7
60
-----
0,9
30
0
0,0
100
-----
6,1
10
----
-3,7

63
10
-----
-3,1
100
10
0,8
30
----
0,0
60
0
0,0
60
----
0,0
30
----
-1,5
100
----
0,5
10
-----
-3,1

64
10
-----
-3,4
100
----
-2,0
30
-----
-2,2
60
-----
-2,5
60
-----
-1,5
30
-----
-2,3
100
----
-1,4
10
-----
-2,8




















6.6.4        PGA 20% dalam 500 mL        

Sampel
RPM
Titik normal
RPM
Titik Balik
Mpa
%
CP
%

61
10
88,2
14,7
100
EEEE
EEEE
30
97,6
48,8
60
EEEE
EEEE
60
EEEE
EEEE
30
90,6
45,3
100
EEEE
EEEE
10
79,2
13,2

62
10
-----
-2,6
100
19,2
6,4
30
6
0,6
60
8,5
1,7
60
4,5
0,9
30
0
0,0
100
18,3
6,1
10
-----
-3,7

63
10
-----
-3,1
100
10
0,0
30
0
0,0
60
0
-3,7
60
0
0,0
30
-----
0,8
100
6
0,5
10
-----
0,0

64
10
-----
-3,4
100
-----
-1,5
30
-----
-2,2
60
-----
-3,1
60
-----
-1,5
30
-----
-2,5
100
-----
-1,4
10
-----
-2,8

VII.          Pembahasan
            Pada percobaan ini menentukan viskositas suatu cairan menggunakan viskometer. Cairan yang ditentukan nilai viskositasnya adalah gliserin, propilen glikol dan sirupus simpleks. Gliserin, propilen glikol dan sirupus simpleks memiliki hukum aliran yang mengikuti hukum Newton. Untuk menentukan viskositas suatu cairan yang mengikuti hukum newton, menggunakan alat viskometer yang disebut dengan viskometer Bola Jatuh.
Untuk menentukan viskositas gliserin, propilen glikol dan sirupus simpleks menggunakan viskometer Bola Jatuh. Tetapi gliserin dan sirupus simpleks lebih kental  dari pada propilen glikol sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengalir.
Prinsip kerja dari viskometer bola jatuh adalah mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap. Pada viskometer Bola Jatuh tabungnya dipasang miring sehingga kecepatan bola jatuh akan berkurang sehingga pengukuran dapat dilakukan lebih teliti.
Untuk menghitung nilai viskositas masing-masing cairan, harus dicari terlebih dahulu kerapatannya. Dari data hasil percobaan didapat bahwa kerapatan masing-,masing cairan sebagai berikut :
Viskometer Brookfield adalah alat yang memungkinkan untuk mengukur viskositas dengan menggunakan teknik dalam viscometry. Alat ukur kekentalan (viskometer) dapat mengukur viskositas melalui kondisi aliran berbagai bahan sampel yang diuji. Pada percobaan digunakan sampel PGA dengan dua konsentrasi berbeda 20% dan 10%, CMC Na 1 %  dalam 500 mL aquadest dan 500 mL Gliserin. Digunakan spindel dengan nomor berbeda-beda yaitu (61,62,63,64) Semakin besar nomor spindel maka semakin kecil bentuk spindelnya. Spindel nomor satu untuk cairan dengan viskositas rendah atau encer dan nomor spindel yang lebih besar untuk cairan yang lebih tinggi viskositasnya atau kental. Di percobaan Rpm untuk titik normal (10,30,60,100 Rpm) sedangkan untuk titik balik (100,60,30,10 Rpm). Tujuan digunakan nya spindel dengan berbeda-beda ukuran untuk mengetahui nilai viskositas dari setiap sampel (yang berbeda konsentrasi) yang diuji. Gliserin termasuk kedalam cairan Newton pada saat diuji dengan (spindel 61) dihasilkan titik normal dan titik balik dengan Mpas EEEEE dan konsentrasi EEEE, hal itu terjadi karena aliran cairan Newton bersifat tidak terlalu kental (encer) pada spindel 61 digunakan untuk cairan yang bersifat kental, Mpas gliserin tidak terbaca karena viskositas cairan diatas nilai yang mampu dibaca oleh oleh alat.
Pada (spindel 62) dihasilkan Rpm 10 dan 30 Mpas 90,0 114,9 dengan 15,0 % 38,3 % titik normal, pada titik balik di Rpm 30 dan 10 130,6 91,2 dengan 65,3 % 15,2% sedangkan di Rpm 60 dan 100 baik titik balik maupun titik normal dihasilkan EEEEE dan EEE. Pengujian larutan Gliserin di spindel 63 nilai Mpas di seluruh Rpm terbaca, karena nomor spindel yang digunakan sesuai dengan karakteristik cairan sedangkan pada spindel 64 hanya di Rpm 10 nilai Mpas tidak terbaca yaitu hanya menunjukan ----- yang berarti bahwa viskositas cairan dibawah nilai yang mampu dibaca terlalu cair. Terjadi ketidaksesuaian dengan literatur pada percobaan uji Gliserin, karena seharusnya pada spindel dengan nomor kecil karakteristik cairan Newton dapat terbaca nilai viskositasnya, tetapi pada saat percobaan di nomor 61 MPas. Gliserin sama sekali tidak terbaca dapat terjadi karena gliserin yang sudah tidak murni lagi zat gliserin. Pengujian CMC Na 1% sesuai dengan literatur pada spindel dengan nomor besar dapat terbaca nilai viskositasnya karena pada dasarnya karakteristik CMC Na 1% merupakan cairan yang termasuk karakteristik cairan Non-Newton. CMC Na 1% termasuk kedalam cairan dengan aliran pseudoplastis.
Pada larutan Propilenglikol 10% mulai dari spindel 61, 62, 63, dan 64 dihasilkan nilai yang tidak cocok antara nilai Mpas dan CP, hal itu terjadi karena menunjukkan terjadi error, berarti alat tidak dapat membaca nilai viskositasnya diatas nilai atau larutannya terlalu kental. Sedangkan yang nilainya 0 (---), berarti alat tidak dapat membaca nilai viskositasnya dibawah nilai atau larutannya trlalu encer.
Pada larutan Propilenglikol 20% mulai dari spindel 61, 62, 63, dan 64 dihasilkan nilai yang tidak cocok antara nilai Mpas dan CP, hal itu terjadi karena menunjukkan terjadi error, berarti alat tidak dapat membaca nilai viskositasnya diatas nilai atau larutannya terlalu kental. Sedangkan yang nilainya 0 (---), berarti alat tidak dapat membaca nilai viskositasnya dibawah nilai atau larutannya trlalu encer.
Dalam pengukuran viskometer titik ganda dengan viskometer Brookfield menggunakan cairan ( larutan ) gliserin, CMC Na dan PGA. Dari hasil percobaan cairan gliserin merupakan cairan Newton, karena gliserin memiliki viskositas konstan pada suhu dan tekanan konstan. Viscometer Brookfield ini dapat digunakan untuk cairan newton dan non newton. Gliserin merupakan cairan newton, sedangkan PGA dan CMC merupakan cairan non newton karena viskositasnya berbeda pada setiap kecepatan geser.

VIII.       Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa viskositas merupakan ukuran resistensi dari suatu cairan untuk mengalir. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat. Prinsip viskometer bola jatuh adalah bola gelas jatuh kebawah dalam suatu tabung gelas yang hampir vertikal mengandung cairan yang di uji pada temperatur konstan. Sedangkan viskometer Brookfield digunakan untuk menentukan sifat aliran cairan Newton dan Non-Newton.
Gliserin termasuk larutan Newton karena memiliki nilai viskositas yang konstan dan nilai viskositas tertinggi dibandingkan dengan propilenglikol dan sirupus simpleks, dan dipengaruhi oleh suhu dan tekanan tertentu pada saat pengujian menggunakan alat viskometer Hoopler.
Larutan CMC Na 1% dan PGA merupakan larutan Non-Newton karena memiliki nilai viskositas tidak konstan yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan tertentu.
Semakin tinggi bobot jenis, maka waktu tempuh bola semakin kecil. Semakin tinggi nilai kecepatan putar (rpm), maka viskositas semakin besar. Semakin besar spindle, maka kecepatan putar semakin lambat


DAFTAR PUSTAKA

Alfred Martin, dkk.2008. FARMASI FISIK (Dasar – Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu         Farmasetik). Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Atkins P.W. 1994. Physical Chemistry Ed 1. Jakarta: Erlangga
Agus Sunaryo.1997. Reka Oles Kayu. Semarang: Pendidikan Industri Semarang
Anonim. (2010). Ilmu Resep. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anief, M. (1987). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Butar, R.(2011).Bab II. Medan. Universitas Sumatra Utara.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi               III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Dudgale. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga
Moechtar. 1990. farmasi fisik. Yogyakarta : UGM-press.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika, edisi II, Jilid 3. Jakarta: UI Press.
Prof Dr Sukardjo. 1997. Kimia Fisika I. Jakarta: Rineka Cipta.
Sinko dan Patrick. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin 
Edisi 5    Jakarta: EGC.
Wijaya,R. (2001). Perencanaan dan Alat Ukur Viskometer,
Bandung : Manual Book.
Wiroatmojo. 1988. Kimia Fisika. Jakarta: Depdikbud.


Comments

Popular posts from this blog

Novel coronavirus

COVID-19 Secepat Covid-19 menyebar secepat itu pula pertukaran informasi terjadi. Di era ini orang bebas mengakses, dan menyebarluaskan apapun, bahkan tanpa sumber jelas dan dg berita valid atau tidak. Ditengah kepanikan tolong baca satu berita sepenuhnya, jangan mengandalkan satu sumber, bantu menyebarkan berita baik dan tetap menjadi baik. Lebih baik kita menjaga kesehatan, fokus bertukar informasi bagaimana cara mencuci tangan yang baik (meski mencegah tdk cukup hanya dg mencuci tangan) penting nya hidup sehat menjaga imunitas tubuh, dari asupan makanan, sudah cukupkah buah dan sayuran, kenapa #dirumahaja itu penting dll. Berhenti panic buying, membeli segala sesuatu yg sebenarnya tidak terlalu diperlukan orang sehat seperti sarung tangan dan masker, menimbun makanan dan handsanitizer apalagi membeli chloroquine yg bahkan jokowi dengan tegas bilang (itu bukan obat alternatif pertama untuk mengatasi C-19) Percayai pemerintah pasti mengadakan social distancing dan self quaran...

LAPORAN MODUL 2 STABILITA OBAT FARMASI FISIKA

Modul 2 STABILITA OBAT I.           Tujuan Percobaan 1.1   Menentukan tingkat reaksi penguraian suatu zat 1.2   Menentukan energi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat 1.3   Menentukan waktu kadaluarsa suatu zat 1.4   Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan kestabilan suatu zat 1.5   Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat II.        Prinsip Percobaan             Menentukan stabilitas larutan Indometasin dengan cara uji stabilitas dipercepat pada suhu 60 0 ,70 0 , dan 80 0 C dengan rentang waktu 10, 30, 60, 90, dan 120 menit, dan menentukan waktu kadaluarsa larutan Indometasin dengan menentukan tingkat/orde reaksi penguraian melalui metode substitusi dan metode grafik, energi aktivasi menggunakan persamaan Arrhenius , dan K pada suhu 25 0 C. III.   ...

LAPORAN MODUL 1 KELARUTAN FARMASI FISIKA

Modul 1 KELARUTAN I.                    Tujuan Percobaan 1.1   Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif. 1.2   Menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat. II.                 Prinsip Percobaan Menentukan kecepatan disolusi Asam salisilat berdasarkan pengaruh pelarut campur (kosolven), penambahan surfaktan, dan pH. III.              Teori Dasar 3.1 Kelarutan Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi   zat     terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air....

LAPORAN PERCOBAAN ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA KARDIOVASKULAR

SISTEM KARDIOVASKULAR I.          Tujuan   Percobaan 1.1      Menjelaskan pengertian tekanan darah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya 1.2      Menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah 1.3      Menjelaskan karakteristik darah dan manfaat penentuan parameter-parameter hematologi. II.       Teori Dasar             Sistem kardiovaskular merupakan sistem yang menjelaskan proses sirkulasi yang terjadi dialam tubuh. Sistem kardiovaskular dapat berjalan dengan baik karena ditunjang oleh organ yang menyusunnya yaitu jantung dan pembuluh darah. Jantung merupakan organ otot berongga yang terletak di bagian tengah dada. Bagian kanan dan kiri jantung me mi liki ruang yaitu atrium dan ventrikel. Jantung berfungsi unttuk menyediakan oksigen, nutrisi, dan hormon ke seluuruh tubuh serta men...