PERCOBAAN 3
ANALISIS KUANTITATIF
(TITRASI ASAM BASA)
I.
Tujuan Percobaan
Melakukan titrasi asidimetri untuk menentukan
konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat.
Melakukan titrasi alkalimetri untuk menentukan
konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH.
Menentukan
kadar suatu sampel dengan metode analisis kuantitatif.
II.
Prinsip Percobaan
Percobaan
ini didasarkan pada prinsip analisa kuantitatif dengan metode volumetri.
Titrasi asam basa merupakan jenis asidimetri dan alkalimetri, tittrasi ini
melibatkan asam dan basa sebagai titer atau titra, serta melakukan penetesan
indikator yaitu indikator phenolptalein.
III.
Teori Dasar
Analisis
kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang
terkandung dalam suatu sampel, zat yang ditetapkan berikut sering kali
dinyatakan sebagai konstituen atau analit (Underwood, 2002:2). Analisis kuantitatif
dibagi menjadi dua metode gravimetri dan volumetri. Pada percobaan kali ini
yang digunakan adalah metode volumetri.
Metode
Volumetri, yaitu metode analisis kuantitatif berdasarkan pengukuran volume
larutan, menentukan kadar suatu zat dengan direaksikannya zat yang telah
diketahui konsentrasinya sampai terdapat suatu titik ekuivalensi hingga
kepekatan yang dicari dapat dihitung.
Titrasi
adalah teknik dalam kimia analitik untuk menentukan konsentrasi zat didalam
larutan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes)
hingga mencapai titik stoikiometri atau setara.
Konsentrasi
larutan (Concentration of Solution)
adalah jumlah zat yang terlarut yang terdapat didalam sejumlah tertentu pelarut
atau larutan. (Chang,2004:106).
Titrasi asam
basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat penitrasi suatu
larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat penitrasi suatu
larutan asam. Titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Kadar larutan asam
ditentukan dengan larutan baku atau sebaliknya, titran ditambahkan titer tetes
demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen.
Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat
terjadi perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik
ekuivalen titrasi yaitu suatu keadaan zat dalam larutan yang dititrasi tepat
habis bereaksi dengan zat dalam larutan penitrasi (asam dan basa tepat habis
bereaksi). Tepat pada saat seluruh zat habis bereaksi, larutan indikator
berubah warna pada saat ini penetesan dari buret harus segera dihentikan.
Titrasi
asam basa ada dua jenis yaitu asidimetri (penentuan konsentrasi larutan basa
dengan menggunakan larutan baku asam) dan alkalimetri (penentuan konsentrasi
larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa). Titrasi langsung asam kuat
oleh basa kuat, asam lemah oleh basa kuat, basa kuat oleh asam kuat, basa lemah
oleh asam kuat.
Titrasi
kembali (titrasi balik) titrasi yang menganalisa sampel dengan cara
mereaksikannya dengan suatu pereaksi berlebih yang telah diketahui
konsentrasinya dengan pasti sisa dari pereaksi tersebut dititrasi menggunakan
larutan baku.
Dalam
titrasi, larutan baku tertentu yang diketahui konsentrasinya disebut reagen
atau larutan standar, zat yang ditambahkan dalam proses titrasi sehingga reaksi
dapat diamati secara visual disebut dengan istilah indikator.
Indikator
adalah suatu zat, yang menunjukan indikasi berbeda dalam larutan asam dan basa
netral, berbeda-beda warna sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen, umumnya
suatu asam atau basa organik lemah. Indikator dapat menunjukan pH suatu larutan
dari perubahan warnanya.
Indikator
Universal, yaitu campuran dari berbagai macam indikator yang dapat menunjukan
pH suatu larutan dari perubahan warnanya.
Indikator
kertas yaitu, indikator kertas yang dicelupkan kedalam larutan yang diukur pH
nya lalu dibandingkan peta warnanya.
Indikator yang biasa
digunakan dalam larutan asam dan basa, umumnya adalah larutan yang akan
memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Diantaranya : Phenolptalein (PP), Bromtimol biru,
Metil merah dan metil jingga.
No
|
Nama Indikator
|
pH
|
1
|
Tropeolin 00
|
1,3-3,0
|
2
|
Timol Biru
|
1,2-2,8
|
3
|
Methyl Yellow
|
2,9-4,0
|
4
|
Bromfenol Biru
|
3,0-4,6
|
5
|
Bromfenol Hijau
|
3,8-5,4
|
6
|
Methyl Merah Na
|
4,2-6,2
|
7
|
Klorofenol Merah
|
4,8-6,4
|
8
|
Bromtimol Biru
|
6,0-7,6
|
9
|
Fenol Merah
|
6,4-8,0
|
10
|
Merah Netral
|
6,8-8,0
|
11
|
Kresol Ungu
|
7,4-9,0
|
12
|
Timol Biru
|
8,0-10,5
|
13
|
Alizarine yellow
|
10,1-12,0
|
14
|
Methyl Orange
|
3,1-4,4
|
Tipe-tipe
indikator, indikator luar (eksternal), indikator luar yang digunakan missal
kalium ferrosianida dengan ion besi (II) direaksikan diluar sistem titrasi,
pada plat tetes atau secarik kertas saring, untuk mendekteksi pembentukan ion
besi (II) menjadi ferri sianida atau biru trumbull. Indikator dalam (Internal)
yang sering digunakan adalah phenolptalein dalam titrasi asam basa.
Reaksi
pembentukan asam dengan basa, larutan asam berubah menjadi netral jika
ditambhakna larutan basa dengan perbandingan tertentu begitu pula. Sebaliknya
reaksi ini dinamakan reaksi netralisasi. Indikator asam dilambangkan HI dan
indikator basa IOH maka H+ + I- dan OH- + I+
Perubahan warna indikator adalah konsentrasi H+ = 10 K1
dan 1/10 K1 (warna basa) atau antara pH = pK1 +- 1 dimana
Pk1 = -LogK1.
Normalitas
(N) menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuan Normalitas adalah jumlah berat gram ekivalen per
liter larutan. Berat gram ekivalen adalah berat molar dibagi valensi.
Normalitas yang sama dari berbagai larutan yang berbeda akan selalu ekivalen
jika volume nya sama.
Pada
titrasi asam basa sifat garam yang terbentuk pada titik akhir sama dengan sifat
garam hidrolis, garam hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang
menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa.
IV.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang
digunakan pada saat praktikum: buret, pipet tetes, Erlenmeyer, corong, gelas
kimia, labu ukur.
Bahan-bahan
yang digunakan pada saat praktikum: (Asam Oksalat), NaOH (Natrium Hidroksida), Indikator
phenolptalein, HCl (Asam Klorida).
V.
PROSEDUR
A.
Titrasi Pembakuan
(Asidimetri)
Ditentukan
konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat
Prinsip:
2 NaOH + (COOH)2 -->
(COONa)2 + 2 H2O
Buret
yang sudah dibersihkan dan dibilas dengan larutan NaOH, diisi dengan NaOH.
Ditambahkan ke dalam labu titrasi (erlenmeyer 250), dipipet 25mL larutan baku
asam oksalat yang diketahui konsentrasinya, di teteskan 3 tetes indikator
phenolptalein.
Di
catat keadaan tinggi kolom NaOH dalam buret, di teteskan NaOH dari dalam buret
ke dalam larutan asam dengan hati-hati sampai terjadi perubahan warna dari tak
berwarna sampai merah muda.
Di
catat keadaan akhir buret, volume NaOH yang dipakai ialah selisih antara
keadaan akhir buret dengan keadaan mula-mula (V1), dibaca sampai dua
angka dibelakang koma.
B.
Titrasi Asam-Basa
(Alkalimetri)
Ditentukan
konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
Prinsip:
HCl + NaOH --> NaCl + H2O
Diketahui
konsentrasi NaOH dari percobaan sebelumnya. Larutan HCl ditentukan ditempatkan
dalam labu takar diencerkan dahulu sampai 100mL sampai garis batas. Dipipet
25mL HCl kedalam labu titrasi (erlenmeyer) ditambahkan 3 tetes indikator
phenolptalein.
Dicatat
keadaan tinggi kolom NaOH dalam buret, di teteskan NaOH perlahan sampai terjadi
perubahan warna dari tak berwarna sampai merah muda. Dicatat volume NaOH yang dipakai (V1).
VI.
HASIL PENGAMATAN
DAN PERHITUNGAN
A.
Titrasi Pembakuan
(Asidimetri)
V1
= 20,1 = 30,4 – 20,1 = 10,3
V2
= 30,4
V1
= 10,1 = 20,1 – 10,1 = 10
V2
= 20
V1
= 34,5 = 43,3 – 34,5 = 8,8
V2
= 43,3
V1
= 30,4 = 40,6 – 30,4 = 10,2
V2
= 40,6
V NaOH x N
NaOH = V asam oksalat x V NaOH
Rata-rata x N
NaOH = 10 mL x 0,1
V rata-rata =
(10,3+10+8,8+10,2) : 4 = 39,3 : 4 = 9,825 mL
V NaOH x N
NaOH = V asam oksalat x V NaOH
9,825 x N
NaOH = 10 x 0,1 = 10 x 0,1 : 9,825 = 0,10 N
B.
Titrasi Asam-Basa
(Alkalimetri)
V
HCl x N HCl = V NaOH x N NaOH
10mL x N HCl = 9,3 mL x 0,10 N
N
HCl = 0,93 : 10 = 0,093 N
Rata-rata
= V1 + V2 + V3 + V4 + V5
: 5
= (9,2 + 9,7 + 9,5 + 9,1 + 9) : 5 = 46,5 : 5 = 9,3 mL
Percobaan
1 = ∆V = V2 – V1
= 18,3 – 9 = 9,2 ml
Percobaan
2 = ∆V = V2 – V1
= 25 – 16 = 9 ml
Percobaan
3 = ∆V = V2 – V1
= 35,5 – 25,8 = 9,7 ml
VII.
PEMBAHASAN
Larutan
adalah suatu campuran dua atau lebih zat yang membentuk suatu macam fasa
(homogen) dan sifat kimia seiap zat yang membentuk larutan tidak berubah.
Titrasi
adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya. Titrasi juga
merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah diketahui konsentrasinya.
Perbedaan
larutan primer dan larutan sekunder yaitu, larutan primer adalah larutan yang
telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana setelah dilakukan penimbangan
teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume larutan tertentu,
larutan baku primer, larutan yang memiliki kemurnian tinggi, bersifat tidak
higroskopis, bersifat stoikiometri dan langsung, dapat diuji kualitatif.
Sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditetapkan
dengan melakukan pembakuan dengan larutan baku primer dengan menggunakan metode
titrimetri, larutan baku sekunder memiliki derajat kemurnian yang rendah, dan
larutannya relatif lebih stabil dalam penyimpanan. Metode titrimetri yaitu
metode dalam analisis kuantitatif, teknik analisa memakai titrasi, menambahkan
volume spesifik satu larutan pada larutan yang lain, larutan yang telah
dikenali konsentrasinya yaitu larutan standar.
Perubahan
warna terjadi ketika perubahan pH yang besar pada titik ekuivalen cukup untuk
melebarkan rentang indikator. Karena indikator akan berubah warna dalam
penambhan satu atau dua tetes dari titik ekuivalen ini, indikator akan berubah
warna pada pH diatas 7 dan pH di bawah 7.
Titik ekivalen
adalah titik ketika jumlah basa atau ion OH- tepat habis bereaksi
dengan sejumlah ion H+ atau sejumlah asam. Titik ekivalen adalah
angka atau volume yang menjadi tujuan utama dalam titrasi, Perbedaan berat
ekivalen dan berat molekul terletak pada jika H2O berat ekivalen
hanya berat H nya saja atau O nya saja tetapi jika berat molekul yaitu berat
keseluruhannya H2O.
Larutan pekat
sering di simpan di laboratorium dalam ruang penyimpanan stok bahan kimia untuk
digunakan sesuai keperluan. Seringkali laruan stok tersebut diencerkan sebelum
digunakan proses tersebut dinamakan pengenceran larutan. Dalam melakukan
pengenceran, penambahan lebih banyak pelarut kedalam sejumlah tertentu larutan
akan mengubah konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang
terdapat dalam larutan.
Menentukan pH,
pH adalah ukuran atau derajat keasamaan suatu larutan dapat pula suatu zat
padat. Parameter kekuatan asam dan basa dinyatakan dengan nilai pH. pH
menunjukan konsentrasi dari ion hidrogen (H+) dalam larutan, semakin
besar atau tinggi konsentrasi larutan asam maka nilai pH akan semakin kecil.
Penentuan pH suatu larutan atau suatu zat bertujuan untuk tingkat keasaman
suatu larutan atau suatu zat, melalui indikator, indikator adalah suatu zat,
yang menunjukan indikasi berbeda dalam larutan asam dan basa netral, indikator
yaitu suatu zat yang dapat digunakan sebagai penunjuk sifat asam basa larutan
yang ditunjukan dengan perbedaan warna indikaor tersebut.
Indikator
yang biasa digunakan dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH.
Garam
adalah senyawa yang terbentu dari ion positif sisa basa dan ion negatif sisa
asam. Proses terbentuknya garam terjadi karena campuran asam kuat dengan basa
kuat akan membentuk garam yang sifatnya netral, campuran asam dengan basa lemah
akan membentuk garam yang bersifat agak asam, campuran asam lemah dengan basa
kuat akan membentu garam yang bersifat agak basa. Contoh garam NaCl, Ammonium
Klorida, Natrium asetat, dll. NaCl (Natrium klorida) bersifat netral karena
terbentuk dari asam kuat HCL dan basa kuat Natrium Hidroksida (NaOH).
Indikator
phenolptalein berubah pada reaksi basa di Ph 8,3. Asam oksalat berubah di akhir
menjadi warna pink muda karena asam
tepat habis bereaksi dengan NaOH di titik ekuivalen. NaOH larutan bakunya sudah
diketahui konsentrasinya.
Perbedaan
alkalimetri dan asidimetri ketika sudah diketahui konsentrasinya alkalimetri
bersifat higroskopis atau tidak murni termasuk (kedalam larutan basa sekunder).
VIII.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil percobaan dapat disimpulkan dari titrasi pembakuan (asidimetri)
didapatkan konsentrasi NaOH 0,10 N
Dari
titrasi asam basa (alkalimetri) didapatkan konsentrasi HCl 0,093 N.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep inti, edisi ke-3
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Muchtaridi. 2016. Kimia 1a SMA. Bandung :Yudhistira Ghalia
Indonesia (google/ebook)
Oxtoby, D.W.2001. Prinsip-prinsip kimia modern, edisi ke-4
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Underwood, D.2002. Analisis kimia kuantitatif, edisi ke-4.
Jakarta : Erlangga. (google/ebook)
Wospakrik, J.
2005. Dari Atomos Hingga Quark.
Jakarta : Universitas Atma Jaya
(google/ebook)
Campbell, N. 2002. Biologi Edisi kelima. Jakarta :
Erlangga. (google/ebook)
Sunarya, Y dan
Agus. 2007. Mudah dan Aktif Belajar
Kimia. Bandung : PT. Grafindo Media Pratama
Fried, H G.
2007. Schaum : Tss Biologi Ed 2. Jakarta : Erlangga.
Comments
Post a Comment