Skip to main content

LAPORAN PERCOBAAN ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA KARDIOVASKULAR



SISTEM KARDIOVASKULAR

I.         Tujuan  Percobaan
1.1     Menjelaskan pengertian tekanan darah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
1.2     Menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah
1.3     Menjelaskan karakteristik darah dan manfaat penentuan parameter-parameter hematologi.

II.      Teori Dasar
            Sistem kardiovaskular merupakan sistem yang menjelaskan proses sirkulasi yang terjadi dialam tubuh. Sistem kardiovaskular dapat berjalan dengan baik karena ditunjang oleh organ yang menyusunnya yaitu jantung dan pembuluh darah. Jantung merupakan organ otot berongga yang terletak di bagian tengah dada. Bagian kanan dan kiri jantung memiliki ruang yaitu atrium dan ventrikel. Jantung berfungsi unttuk menyediakan oksigen, nutrisi, dan hormon ke seluuruh tubuh serta mengangkut sisa metabolisme dari seluruh tubuh seperti karbondioksida, asam urat, dan ureum (Sari farimah, 2008 :3).
 












            Jantung adalah organ tunggal namun sisi kanan dan kiri jantung berfingsi sebagai dua pompa terpisah. Jantung dibagi menjadi paruh kanan dan kiri serta memiliki empat rongga yaitu, satu rongga atas dan satu rongga bawah di masing-masing paruh. Rongga- rongga atas yang disebut atrium, menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkan kerongga bawah, ventrikel, yang memompa darah dari jantung. Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium adalah vena, dan yang membawa darah dari ventrikel ke jaringan adalah arteri. Kedua paruh jantung dipisahkan oleh septum, suatu partisi berotot kontinyu yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting separuh kanan jantung menerima dan memompa darah miskin O2, sementara sisi kiri jantung menerima dan memompa darah kaya O2 (Sari Fatimah,2008:5).
 













            Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen (O2) yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari bebrbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang (kaya oksigen) sampai merah tua (sedikit oksigen). Warna merah pada darah disebabkan oleh haemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme yang berfungsi sebagai tempat terikatnya molekul-molekul oksigen (Lesmana,2017).
            Sistem peredaran darah tertutup darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonaris, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonaris. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Kemudian darah kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.
            Komposisi darah terdiri dari beberapa jenis sel darah yang membentuk 45% bagian dari darah. 55% membentuk medium cairan disebut plasma darah (Lesmana,2017).
Sel darah terdiri dari :
1.         Sel darah merah atau eritrosit (99%), tidak mempunyai nukleus sel, eritrosit mengandung Haemoglobin. Fungsi utama eritrosit mengedarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan. Eritrosit berperan dalam penentuan golongan darah. Pada pria, jumlah rata-rata sel darah merah per mm3 5.2000.000 (±300.000) pada wanita adalah 4.700.000 (±300.000). sel darah merah mampu mengkonsentrasikan haemoglobin dalam cairan sel sampai sekitar 34 gram/dL sel. Konsentrasi tidak pernah meningkat lebih dari nilai tersebut karena ini merupakan batas metabolik dari mekanisme pembentukan haemoglobin sel. Seluruh darah pria mengandung 16 gram/dL dan pada wanita 14 gram/dL.
2.         Keping darah atau trombosit (0,6-1,0%), bertanggung jawab atas pembekuan darah.
3.         Sel darah putih atau leukosit (0,2%), bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas memusnahkan benda asing dan berbahaya bagi tubuh misalnya virus dan bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, kekurangan leukosit menderita leukopenia.
            Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung albumin, bahan pembeku darah, Immunoglobin (antibodi), hormon, protein, dan berbagai jenis garam (Lesmana,2017)
            Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada sat tidur di malam hari.
            Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis Sudiono,  (Janti, dkk, 2003.).



Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII Kategori

Tekanan Darah Sistolik
Tekana Darah Diastolik
Normal
< 120 mmHg
<80 mmhg="" span="">
Pre-hipertensi
120-139 mmHg
80-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Stadium 2
>= 160 mmHg
>= 100 mmHg

            Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Istilah ini secara khusus digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus ventrikular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut systole Pada format penulisan angka tekanan darah, umumnya, tekanan sistolik merupakan angka pertama. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai 120 mmHg (Sherwood, 2002).
            Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung tidak sedang berkonstraksi atau beristirahat. Pada kurva denyut jantung, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung (Sherwood, 2002).
            Hiperemia atau kongesti keadaan meningkatnya volume darah dalam pembuluh yang melebar pada bagian tubuh tertentu. (Tamher,Sayuti dan Heryati,2008)
Jenis-jenis hiperemia :
  1. Hiperemia aktif
            Hiperemia aktif timbul karena jumlah darah pada arteriol sebagian jaringan tubuh bertambah. Disini rangsang saraf vasodilator atau hambatan hantaran saraf vasokonstriktor akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Biasanya terjadi akut dan biasanya terjadi karena arterial atau kapiler berdilatasi akibat ransangan saraf vasodilator atau karena kelumpuhan vasokontriktornya. (Tamher,Sayuti dan Heryati,2008) Hiperemia aktif dapat terjadi pada:
Alat tubuh yang berfungsi aktif. Kulit, karena emosi marah atau malu. Radang akut, akibat panas, perubahan warna merah setempat pada radang sering
dinamai eritema (erythema).
  1. Hiperemia pasif
            Hiperemia pasif terjadi karena aliran darah vena dari suatu daerah berkurang dan disertai dilatasi pembuluh vena dan kapiler. Dapat  terjadi akut, tetapi lebih sering kronik. Ada tidaknya pembuluh kolateral akan menentukan berat ringannya hiperemia. (Tamher,Sayuti dan Heryati,2008)
Obstruksi dari luar dapat terjadi karena:
-  Tekanan pada vena dari luar oleh suatu tumor
-  Ligatur atau ikatan
-  Jarinan parut yang menyebabkan jepitan
-  Hernia, volvolus, dll
            Bendungan vena sistemik terjadi akibat payah jantung dan mengenai banyak atau semua alat dan bagian tubuh. Bila bendungan terjadi untuk waktu yang tidak lama. Pada bendungan yang akut biasanya tidak meninggalkan perubahan-perubahan nyata, kecuali perubahan warna, alat tubuh yang terkena terlihat menjadi biru (cyanotic). Bila bendungan terjadi lebih lama maka biasanya akan diikuti oleh edema, disertai atrofi dan degenerasi sel parenchyma akibat anoxia, kadang-kadang sampai terjadi nekrosis. Keluarnya eritrodit dari pembuluh (extravasation) dapat terjadi karena reptura kapiler atau karena diapedesis aktif. Bila tejadi peruntuhan eirtrosit, maka bisa tedapat pigmen-pigmen darah. Bila hiperemi berlarut-larut, maka dapat terjadi poliferasi jaringan ikat.
Contoh hiperemia pasif, pada saat dilakukan pemasangan torniket, penekanan aliran vena oleh tumor, atau obstruksi pada lumen karena thrombosit.
Waktu perdaraahan yaitu waktu selisih antara saat timbulnya tetes darah pertama dengan pada saat darah berhenti mengalir. Dalam keadaan normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri, kapiler dan vena). Jika terjadi perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah tersebut, baik ke dalam maupun keluar tubuh. Tubuh mencegah atau mengendalikan pendarahan melalui beberapa cara seperti homeostatis. Homeostatis adalah cara tubuh untuk menghentikan perdarahan pada pembuluh darah yang mengalami cedera. Hal ini melibatkan 3 proses utama, yaitu konstiksi (pengerutan) pembuluh darah, aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan) dan aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma) (Soewolo, 1999: 174).
            Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Zat tersebut berwarna merah dan terdapat di dalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus heme yang mengandung besi dan fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).
            Metode Tallquist adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua. Cara ini dilakukan dengan meneteskan darah pada kertas Tallquist. Setelah diteteskan pada kertas tallquist terdapat bercak merah dari darah kemudian ditentukan persentase Hb dengan membandingkan warna bercak merah pada darah yang timbul pada lubang kertas tallquist. Kadar hemoglobin normal pada metode tallquist yaitu 70.
            Prinsip metode Sahli adalah hemoglobin diubah menjadi asam hematin, kemudian warna yang tejadi dibandingkan dengan visual dengan standar alat.
            Waktu koagulasi adalah waktu dimana terjadi pembekuan darah yang diakhiri dengan proses terbentuknya benang fibrin.
            Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
a.       Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b.      Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
c.       Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
d.      Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
            Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO (Himawan, Sutisna, dkk, 2002).

III.        Alat Dan Bahan
Alat
Bahan
1.      Spignomanometer
Kapas
2.      Stetoskop
Alkohol 70% 
3.      Lanset darah
NaCl
4.      Hemositometer
Natrium Sitrat
5.      Kaca objek
Asam Asetat
6.      Pipet pengencer sel darah merah
Gentian Violet
7.      Pipet pengencer sel darah putih
Serum Anti - A
8.      Mikroskop
Serum Anti - B
9.      Pipa kapiler hematokrit

10.  Sentrifuga hematokrit

11.  Alat pengukuir hematokrit

12.  Kertas tes tallquist

13.  Pipet sahli

14.  Tusuk gigi

15.  Stopwatch

16.  Benang


IV.        Prosedur
4.1         Pengukuran tekanan darah
Ditentukan pengukuran tekanan darah menggunakan cara palpatori dan auskultasi.
4.1.1    Cara palpatori
            Ditutup sekrup pentil pada bola karet yang dipegang dengan tangan kanan. Dengan ibu jari diraba nadi pada pergelangan tangan yang diukur tekanannya. Lalu berangsur-angsur kembangkanlah ban dengan memompa bola karet diperhatikan tekanan pada saat denyut jantung menghilang. Tekanan dinaikkan lagi 10 mmHg diatas tekanan tadi, kemudian diturunkan tekanan dengan cara perlahan-lahan membuka sekrup pentil. Denyut nadi saat pertama kali muncul adalah tekanan sistolik yang diukur.
4.1.2 Cara auskultasi
            Diikatkan ban pada lengan atas kemudian ditempatkan bel stetskop pada percabangan arteri bronchial menjadi arteri ulnaris dan arteri radialis. Dinaikkan tekanan darah dalam ban sehingga aliran darah dalam arteri radialis dan arteri ulnaris dihambat. Diturunkan tekanan darah dengan membuka sekrup pentil. Lalu dicatat tekanan saat bunyi terdengar untuk pertama kalinya, ini merupakan tekanan sistolik. Kemudian diturunkan terus tekanan dalam ban, sampai pada suatu bunyi tidak terdengar lagi dan dicatat tekanan saat bunyi menghilang, ini merupakan tekanan diastolik.
4.2         Hyperemia
4.2.1        Hyiperemia pasif / reaktif
            Diikatkan seutas benang diatas sendi kedua pada jari tangan dibiarkan beberapa menit diamati peristiwa yang terjadi (perubahan warna, ukuran, dan suhu.).
4.2.2    Hyperemia aktif / fungsional
            Direndam salah satu jari didalam air panas (dengan suhu tertinggi yang dapat saudara tahan). Dibiarkan beberapa menit dan diamati peristiwa yang terjadi, (perubahan warna, ukuran, dan suhu.).
4.3         Darah 
4.3.1    Anatomi
Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan
            Dibersihkan jari manis atau kelingking dengan kapas yang dibasahi alkohol 70%. Dibiarkan menguap, lalu diambil darah dengan cara menusukkan lanset steril ke ujung jari yang telah dibersihkan. Sebaiknya darah mengalir tanpa ditekan, dan jangan gunakan tetes pertama.
Cara pengisian pipet
            Dipegang pipet dekat pada ujungnya, lalu ujung pipet ditempatkan pada tetesan darah sehingga darah masuk sebanayak 0,5  tanda. Pipet diisi dengan cairan pengencer sebanyak yang ditentukan. Jangan sampai terbentuk gelembung udara dalam pipet, ujung pipet ditutup dengan jari dan dikocok selama 2 menit. 2 tetes larutan encer ditetskan pada hemositometer, setelah ½ menit dihitung jumlah sel darah merah dibawah mikroskop.
1.         Karakteristik dan morfologi darah
a.                                 Pengukuran sel darah merah
            Diambil darah segar dengan cara seperti diatas, diencerkan 20 kali dengan cairan pengencer sel darah merah yaitu natrium sitrat 2,5% lalu dikocok. Diteteskan 2 tetes pada hemositometer, dihitung jumlah sel darah merah yang menyentuh batas atau berada diatas batas. Hanya dihitung pada sisi yang saling tegak lurus dengan kotak yang bersangkutan. Untuk memperoleh sel darah merah per mm3, dikalikan jumlah sel darah yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan 10.000.
b.                                 Pengukuran sel darah putih
            Diambil darah segar seperti cara diatas, diencerkan 20 kali dengan cairan pengencer yaitu larutan turk. Dikocok, lalu diteteskan 2 tetes pada hemositometer. Dihitung jumlah sel darah putih yang berada pada batas dari dua sisi yang saling tegak lurus. Untuk memperoleh nilai sel darah putih  per mm3 dikalikan jumlah sel darah yang diperoleh dari perhitungan dengan 50 kali.
c.                                 Hematokrit
            Diambil darah segar seperti cara diatas, ditempatkan pipa kapiler hematokrit pada tetes tersebut. Diisi kapiler hematokrit minimal dengan 2/3 penuh, ditutup pipa kapiler yang telah berisi darah tersebut dengan lilin. Diletakkan pipa-pipa kapiler pada chamber mikrosentrifuga sehingga posisinya seimbang. Lalu ditutup chamber dengan tutup sentrifuga, sentrifuga dilakukan dengan kecepatan tinggi selama 4 menit kemudian ditentukan nilai hematokrit.
4.3.2        Fisiologi
1.                                                                                 Penentuan Hb
a.                                                                                                     Metode tallquist
            Diambil satu tetes darah dengan kertas tallquist. Ditentukan persentase Hb dengan membandingkan warna yang diperoleh dengan warna pada kertas pembanding.
b.                                                                                                    Metode Sahli
            Diisi tabung sahli dengan HCl 0,1 N 3 tetes, dimasukkan darah sebanyak 20 mikroliter, dilakukan pengadukan dan diencerkan dengan aquadest sampai warna campuran sama dengan warna pada standar alat, pembacaan warna dilakukan pada penerangan yang wajar tidak di depan jendela, angka yang dibaca pada skala langsung menunjukkan kadar Hb darah.
2.                                                                                 Waktu Perdarahan
            Ujung jari dilukai dengan lanset steril, dicatat waktu saat timbulnya tetes darah pertama, diserap darah yang keluar dengan menggunakan kertas yang dapat menyerap (tisu), dicatat waktu pada saat berhenti mengalir (saat diserapkan, tidak ada bercak darah pada tisu), selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah pertama dengan saat darah berhenti mengalir adalah waktu perdarahan.
3.                                                                                 Waktu Koagulasi
            Ujung jari dilukai dengan lanset steril , diisikan darah yang keluar dari ujung jari pada sebuah pipa kapiler pada interval waktu ½ menit, patahkan sebagian dari pipa kapiler sampai teramati terjadinya benang halus fibrin pada bagian yang dipatahkan. Waktu koagulasi adalah selisih waktu antara saat dan timbulnya tetes darah dari luka sampai terbentuknya benang fibrin.
4.                                                                                 Penggolongan Darah
            Diteteskan serum anti A pada bagian bertanda A dan diteteskan serum anti B pada bagian bertanda B, kemudian ditetskan satu tetes darah pada bagian A (anti-A) kemudian dicampurkan kedua cairan tersebut dengan tusuk gigi. Diamati terjadinya aglutinasi. Diteteskan satu tetes darah pada bagian B (anti-B) kemudian dicampurkan kedua cairan tersebut dengan tusuk gigi, diamati terjadinya aglutinasi. Kemudian ditentukan golongan darah.

V.           Data Pengamatan
5.1         Pengukuran Tekanan Darah
5.1.1.           Cara palpatori
            Diamati tekanan darah sistolik dan diastolik pada sukarelawan dengan menggunakan tensi meter digital dan didapat hasil tekanan sistolik dan diastolik sebesar 124/88 mmHg. Sedangkan menggunakan tensi meter manual didapat tekanan sistolik dan diastolik 100/60 mmHg.
5.1.2.           Cara auskultasi
Hubungan tekanan darah dengan posisi atau aktivitas tubuh.






Posisi / aktivitas
Tekanan darah perempuan (sistolik/diastolik)
Tekanan darah laki-laki (sistolik/diastolik)
Duduk
124/88 mmHg
106/68 mmHg
Berbaring
120/77 mmHg
116/70 mmHg
Kaki 90º tubuh
134/84 mmHg
123/91 mmHg
Berdiri
118/82 mmHg
120/78 mmHg
Kerja otak (diberi soal hitungan)
-
-
Gerak badan selama 1 menit.
130/88 mmHg
117/71 mmHg

5.2         Hyperemia 
5.2.1                  Pasif         : Terjadi perubahan suhu menjadi dingin. Dan perubahan                                warna menjadi merah, kemudian agak ungu.
5.2.2                  Aktif        : Terjadi perubahan suhu menjadi panas, dan perubahan                                  warna menjadi merah.
5.3         Darah
5.3.1. Anatomi
a.         Pengukuran sel darah merah
Sampel darah yang di ambil milik Dandi Febryan
Jumlah Sel Darah Merah yang Terlihat dibawah Mikroskop
Perhitungan Jumlah Eritrosit
419
Jumlah sel darah yang diperoleh x 10.000
419 x 10.000 = 4.190.000 sel/µL darah



b.        Pengukuran sel darah putih
Jumlah Sel Darah Putih yang Terlihat dibawah Mikroskop
Perhitungan Jumlah Leukosit
Kamar 1
10
Jumlah sel darah yang diperoleh x 50
48 x 50 = 2,400 sel/µL darah
Kamar 2
10
Kamar 3
12
Kamar 4
16
Total
48











            Gambar 1: Sel Darah Merah           Gambar 2 : Sel Darah Putih

c.         Hematokrit
Sel darah                        : 2
Darah dan plasma          : 3
 x 100% = 66,66 %

5.3.2    Fisiologi
1.    Penentuan Hb
a.     Metode tallquist, didapatkan skalan haemoglobin 70
b.    Metode sahli, didapatkan skala Hb 4
2.    Waktu perdarahan yand didapatkan dari hasil percobaan sebesar 12 detik.
3.    Waktu koagulasi yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 2 menit 10 detik
4.    Penggolongan darah, setelah dilakukan pemberian anti gen A dan anti gen B yang terlihat muncul gumpalan dan perubahan ada pada di darah yang ditetesi anti gen A, didapatkan golongan darah A.

VI.                  Pembahasan
6.1    Pengukuran tekann darah
6.1.1. Cara palpatori
            Pada percobaan pengukuran tekanan darah dengan cara palpatori, didapatkan data 124/88. Pengukuran darah dengan cara palpatori merupakan cara untuk mengetahui tekanan darah sistolik. Dimana, tekanan darah sistolik merupakan teksnsn tertinggi yang terjadi saat ventrikel berkontraksi untuk mendorong darah ke arteri.Didapatkan tekanan darah sistolik 124 mmHg, angka tersebut tidak termasuk kedalam tekanan darah normal. Karena tekanan darah normal yaitu120/80 mmHg.
6.1.2. Cara auskultasi
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tekanan darah diukur dalam beberapa keadaan yaitu, duduk, berbaring, kaki 90º tubuh, berdiri, kerja otak, dan aktivitas gerak badan selama 1 menit. Pada posisi duduk, membuat tekanan cenderung stabil karena pada saat duduk sistem saraf simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun bereaksi menuju ke otot-otot rangka tubuh. Pada saat berbaring, posisi darah dapat kembali ke jantung secara mudah. Nilai pada posisi berbaring dan dalam keadaaan istirahat hamper sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri.
            Pada saat posisi berdiri, tekanan intravaskular disemua tempat menjadi sama dengan tekanan yang dihasilkan oleh kontraksi jantung. Tekanan darah pada posisi berdiri lebih tinggi daripada posisi duduk karena tubuh melakukan sedikit aktivitas. Pada saat posisi kerja otak merupakan tekanan darah yang normal. Pada saat dilakukan percobaan tekanan darah dengan spigmomanometer ini memperoleh hasil yang sangatlah beragam antara 90/80 mmHg sampai 140/90 mmHg data tersebut masih termasuk dalam tekanan darah normal. karena, tekanan darah sistolik yang dianggap normal untuk orang dewasa adalah adalah 90-130mmHg, sedangkan tekanan diastolik yang normal untuk orang dewasa adalah sebesar 60-90 mmHg. Angka tekanan sistolik selalu lebih besar dari angka diastolik. Hal tersebut terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara ventrikel dengan aorta. Sehingga ketika katup yang membatasi atriumdengan aorta terbuka maka terjadi perpindahan darah dari atrium ke aorta dengan ejeksi dan tekanan yang besar.
6.2         Hyperemia
            Hyperemia pasif / reaktif keadaan dimana darah akan sesak pada daerah tertentu di tubuh, umumnya yang aliran darahnya tersumbat, pada percobaan hyperemia pasif dilakukan pengikatan benang kasur pada jari telunjuk, dihasilkan jari yang membengkak sedikit keunguan dan pada saat dipegang jari terasa dingin, hal tersebut diakibatkan karena aliran darah menurun pada daerah yang dihambat tersebut, akibat adanya tekanan pada venula dan vena yang mengalirkan darah dari jaringan sehingga O2 yang masuk sedikit terhambat, hasil percobaan menunujukan hyperemia lokal, ada yang disebut hyperemia pasif sistemik yaitu kegagalan jantung memompa darah yang menyebabkan gangguan aliran vena.
            hyperemia aktif / fungsional terjadi karena peningkatan peredaran darah pada arteri, pada percobaan dilakukan pencelupan jari telunjuk kedalam air hangat, dihasilkan warna yang merah padam pada jari dan agak sedikit panas dan sakit ini diakibatkan oleh peningkatan suhu pada saat telunjuk dimasukkan kedalam air hangat atau agak panas maka menyebabkan pembuluh darah arteriol berdilatasi (pelebaran), rasa sakit menghilang ketika rangsangan ditiadakan.
6.3         Karakteristik dan morfologi Darah
6.3.3. Pengukuran sel darah merah dan sel darah putih
            Darah merupakan jaringan ikat berbentuk cairan yang terdiri dari sel darah dan matriks ekstraseluler yang disebut plasma. Darah berperan dalam homeostasis dengan cara mentranspor O2 dan CO2, nutrisi, dan hormon dari dan ke seluruh tubuh. Pada percobaan pengukuran sel darah, dilakukan pengukuran sel darah merah dan sel darah putih. Sel darah yang telah diambil diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pengencernya, (eritrosit: Na Sitrat 2,5% ; leukosit : larutan Turk). Tujuan dari pengenceran yaitu untuk mengurangi sel dari jumlah yang seharusnya, sehingga dapat mempermudah dalam menghitung jumlah sel dibawah mikroskop. Serta berfungsi sebagai larutan fisiologis untuk mempertahankan sel agar tetap utuh (tidak rusak).
            Pada perhitungan eritrosit, banyaknya eritrosit yang didapat dari hasil perhitungan rata-rata dibawah mikroskop dikalikan dengan 10.000. Hasil yang diperoleh yaitu jumlah eritrosit pria sebanyak 4,1900,000sel/µL darah. Seharusnya, jumlah sel darah merah yang normal pada pria dewasa sekitar 4,6-6,0 juta sel/µLdarah, sedangkan pada wanita dewasa sekitar 4,2-5,4 juta sel/µLdarah. Dapat dilihat jumlah eritrosit dalam sampel darah yang digunakan, pada pria kurang dari jumlah sel yang normal pada umumnya.
Pada perhitungan leukosit, banyaknya leukosit yang didapat dari hasil perhitungan rata-rata dibawah mikroskop dikalikan dengan 50. Hasil yang diperoleh yaitu jumlah leukosit Pria sebanyak 2,400 sel/µL darah. Jumlah sel darah putih yang normal dalam tubuh sekitar 5000-10.000 sel/µL darah. Dapat dilihat jumlah leukosit dalam sampel darah pria yang digunakan kurang dari jumlah sel yang normal pada umumnya.
            Hasil yang tidak sesuai tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.      Ketika mengambil sel darah dari pipet ada proses penyedotan yang cukup lama. Hal ini menyebabkan sel darah lisis sebelum dimasukkan kedalam larutan pengencer,
2.      Perhitungan jumlah sel dibawah mikroskop kurang akurat, karena terdapat banyak sel yang samar-samar sehingga tidak masuk dalam perhitungan,
3.      Pada kekurangan eritrosit, tidak menutup kemungkinan bahwa praktikan yang menyumbangkan sampel darahnya memiliki riwayat penyakit anemia,
4.      Pada kelebihan leukosit, , tidak menutup kemungkinan bahwa praktikan yang menyumbangkan sampel darahnya, mengalami infeksi, peradangan, stres, ataupun alergi yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit.
6.4         Fisiologi
6.4.1. Penentuan Hb
Pada percobaan penentuan Hb dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode Tallquist dan metode Sahli.
Metode Tallquist adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua. Pada penentuan Hb dengan metode tallquist ini dilakukan oleh 2 praktikan yaitu Cici dan Rita. Hb yang dimiliki oleh Cici yaitu 60 menunjukan kadar hamoglobin didalam tubuh cici rendah sedangkan pada praktikan Rita tergolong normal, karena kadar haemoglobin di dalam tubuhnya sesuai dengan kadar hemoglobin normalnya. Kadar hemoglobin yang lebih rendah dari normal dapat menyebabkan Anemia dan jika kelebihan akan menyebabkan polinemis. (Evelyn, 2000). Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2008). Anemia sering juga disebut kurang darah, penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12. Anemia juga bisa disebabkan karena kurang nya istirahat.
Percobaan dengan metode Sahli ini dilakukan dengan mengisi tabung Sahli dengan HCl 0,1 N hingga setinggi 10% dari skala maksimal. Digunakan HCl kaena asam klorida merupakan asam monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Penambahan HCl kedalam darah berfungsi untuk menghidrolisis hemoglobin menjadi globin ferroheme. Ferroheme dioksidasi oleh O2 menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl- membentuk ferrihemechloride yang juga disebut hematin. Kemudian darah yang telah diambil dari salah satu praktikan dimasukkan sebanyak 20 mikroliter, di aduk dan diencerkan dengan aquadest agar darah membentuk hematin yang berwarna coklat hingga sama dengan wana standar pada alat. Digunakan nya aquadest karena aquadest bersifat netral sehinga aquadest tidak akan bereaksi dengan HCl dan mengganggu pembentukan asam hematin dan mengganggu terbentuknya warna asam hematin karena aquadest tidak berwarna.
Hasil dari angka yang dibaca pada skala yaitu  5. Kadar hemoglobin 5 ini menunjukan praktikan  mengalami gangguan kesehatan yang disebut dengan anemia atau kekurangan darah. Dinyatakan anemia karena skala untuk kadar hemoglobin yang normal yaitu pada skala 12-16. Perbedaan jika kadar hemoglobin pada saat di uji dengan metode sahli dibandingkan dengan literatur yaitu kemungkinan kesalahan membaca yang disebabkan tidak dilakukan penghomogenan dengan cara diaduk dengan menggunakan batang pengaduk atau dikocok pada saat penambahan aquadest. Sehingga menyebabkan warna yang terbentuk tidak merata dan melewati batas standar.
6.4.2. Waktu Pendarahan
Pada percobaan waktu perdarahan, untuk menghitung waktu pendarahan dilakukan dengan melukai ujung jari dengan lanset steril kemudian darah yang menetes pertama diusap dengan tissue hingga tidak ada lagi darah yang keluar. Waktu pendarahan yang didapat pada saat ujung jari dilukai yaitu selama 12 detik. Sedangkan berdasarkan literature, kisaran waktu perdarahan yang normal yaitu 15 hingga 120 detik. Waktu perdarhan pada saat diuji bila dibandingkan dengan waktu perdarahan normal berdasarkan literature berbeda 3 menit.
lamanya waktu perdarahan yang berbeda ini bisa disebabkan pada saat darah yang mengalir dan di usap dengan menggunakan dengan tissue terlalu cepat sehigga pembuluh darah yang dilukai dengan cepat menutup dan waktu perdarahan menjadi lebih sebentar. Serta Lama nya waktu perdarahan bergantung pada dalamnya luka dan derajat hipermia pada ujung jari saat tes dilakukan. Waktu perdarahan akan memanjang bila kekurangan faktor-faktor pembekuan, dan sangant memanjang bila kekurangan trombosit (lesmana, 2017: 243).
6.4.3. Waktu Koagulasi
            Waktu koagulasi adalah waktu dimana terjadi pembekuan darah yang diakhiri dengan proses terbentuknya benang fibrin. Proses koagulasi pada saat luka terbentuk trombosit yang mengeluarkan tromboplastin, dengan bantuan Vit K dan ion Ca+ , tromboplastin mengaktifkan protombin menjadi trombin, trombin merupakan enzim yang berperan mengubah fibrinogen menjadi fibrin, fibrin berfungsi untuk membuat sel-sel darah merah menggumpal, waktu koagulasi normal terjadi pada kisaran 15 detik sampai 2 menit, dan akan berhenti umumnya setelah 5 menit. Dari hasil pengamatan didapatkan waktu koagulasi yaitu 2 menit 10 detik, termasuk kedalam rentang waktu yang normal.
6.4.4.  Penggolongan Darah
            Percobaan terakhir yaitu mengamati penggolongan darah. Hasil pengamatan menunjukkan perbedaan antara darah yang ditetesi oleh serum anti-A dan serum anti-B. Pada darah yang ditetesi dengan serum anti-A terjadi penggumpalan, sedangkan pada darah yang ditetesi dengan serum anti-B tidak terjadi penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa darah yang diamati adalah golongan A. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
           














VII.               Kesimpulan

1.        Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah diantaranya aktivitas tubuh, stress, pengobatan, jenis kelamin, waktu pengukuran.
2.        Berdasarkan pengaturan aliran darah, jantung memompakan darah melalui, sirkulasi pulmonari dan sirkulasi sistemik.
3.        Karakteristik darah berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi golongan darah A, B, AB, dan 0. Parameter hematologi meliputi pemeriksaan Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, dan hematokrit.




















VIII.            Daftar Pustaka

Arisman. 2008. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Jakarta:                     Widya Medika.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC.
Himawan, Sutisna, dkk, 2002. Buku Ajar Patologi I (Umum) Edisi SatuJakarta:                Penerbit Sagung Seto
Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia             Pustaka Utama.
Ronny Lesmana, Hanna, dkk. 2017.Fisiologi Dasar “untuk Mahasiswa       Farmasi, Keperawatan, dan kebidanan”. Yogyakarta : DEEPUBLISH CV BUDI UTAMA (217;218;219;220)
Sari Fatimah,Ners, S.kep., M.kes dkk,. (2008). Fisiologi Kardiovaskular. Jakarta :EGC (Hal 3-5).
Sherwood, L. 2002. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 2. Jakarta: EGC
Soewolo. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UNM
Sudiono, Janti, dkk, 2003. Ilmu Patologi. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC
Tamher, Sayuti, dan Heryati, 2008. Patologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
              Jakarta: Penerbit Trans Info Media

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN MODUL 5 VISKOSITAS DAN RHEOLOGI FARMASI FISIKA

PERCOBAAN 5 VISKOSITAS DAN RHEOLOGI I.                    Tujuan Percobaan 1.1     Menerangkan arti viskositas dan rheologi 1.2     Membedakan cairan Newton dan cairan Non-Newton 1.3     Menentukan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi 1.4     Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non-Newton 1.5     Menerangkan pengaruh BJ terhadap viskositas larutan II.                 Prinsip Percobaan Menentukan viskositas gliserin, propilenglikol, sirupus simpleks dengan mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung yang menggunakkan viskometer bola jatuh pada suhu tertentu. Mengukur viskositas dan sifat aliran cairan dengan menggunakan viskometer Brookfield berdasarkan kecepatan rotasi spindel 61, 62, 63 dan 64 dari suatu cairan...

LAPORAN MODUL 1 KELARUTAN FARMASI FISIKA

Modul 1 KELARUTAN I.                    Tujuan Percobaan 1.1   Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif. 1.2   Menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat. II.                 Prinsip Percobaan Menentukan kecepatan disolusi Asam salisilat berdasarkan pengaruh pelarut campur (kosolven), penambahan surfaktan, dan pH. III.              Teori Dasar 3.1 Kelarutan Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi   zat     terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air....

LAPORAN MODUL 3 TEGANGAN PERMUKAAN FARMASI FISIKA

TEGANGAN PERMUKAAN I.          Tujuan 1.     Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan 2.     Menggunakan alat-alat untuk penentuan tegangan permukaan 3.     Menentukan tegangan permukaan dan tegangan antarmuka zat cair 4.     Menentukan harga konsentrasi Misel Kritik (KMK) II.                                Prinsip Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan me...

LAPORAN MODUL 2 STABILITA OBAT FARMASI FISIKA

Modul 2 STABILITA OBAT I.           Tujuan Percobaan 1.1   Menentukan tingkat reaksi penguraian suatu zat 1.2   Menentukan energi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat 1.3   Menentukan waktu kadaluarsa suatu zat 1.4   Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan kestabilan suatu zat 1.5   Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat II.        Prinsip Percobaan             Menentukan stabilitas larutan Indometasin dengan cara uji stabilitas dipercepat pada suhu 60 0 ,70 0 , dan 80 0 C dengan rentang waktu 10, 30, 60, 90, dan 120 menit, dan menentukan waktu kadaluarsa larutan Indometasin dengan menentukan tingkat/orde reaksi penguraian melalui metode substitusi dan metode grafik, energi aktivasi menggunakan persamaan Arrhenius , dan K pada suhu 25 0 C. III.   ...

LAPORAN MODUL 4 EMULSIFIKASI FARMASI FISIKA

EMULSIFIKASI I.                                   Tujuan Percobaan 1.       Mengetahui perhitungan jumlah emulgator surfaktan untuk pembuatan emulsi 2.       Membuat emulsi yang stabil dengan emulgator golongan surfaktan 3.       Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi 4.       Menentukan HLB butuh suatu minyak II.       Prinsip             Pembuatan emulsi dengan menggunakan variasi HLB butuh 5,7,9,11,13 dan penentuan kestabilan emulsi yang didasarkan pada penampakan fisik dari emulsi misalnya perubahan volume, warna, dan pemisahan fase dalam jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan. III.     ...