EMULSIFIKASI
I.
Tujuan Percobaan
1.
Mengetahui perhitungan jumlah emulgator surfaktan untuk pembuatan
emulsi
2.
Membuat emulsi yang stabil dengan emulgator golongan surfaktan
3.
Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi
4.
Menentukan HLB butuh suatu minyak
II.
Prinsip
Pembuatan emulsi
dengan menggunakan variasi HLB butuh 5,7,9,11,13 dan penentuan kestabilan
emulsi yang didasarkan pada penampakan fisik dari emulsi misalnya perubahan
volume, warna, dan pemisahan fase dalam jangka waktu tertentu pada kondisi yang
dipaksakan.
III.
Alat
Dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Neraca
Digital
|
Minyak
20 gram
|
Spatel
|
Emulgator
total 10 gram
|
Cawan
Penguap
|
Tween
80 dan Span 80
|
Kertas
Perkamen
|
Setil
alkohol 10 gram
|
Penangas
Air
|
Aquadest
60 gram
|
Tabung
Sedimentasi
|
|
Rotary Stirrer
|
|
Matkan/gelas
plastic
|
|
Gelas
ukur
|
|
Penggaris
|
|
Termometer
|
IV.
Teori Dasar
Emulsi adalah
sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, teridspersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok
(Anief, 2006 : 133). Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara
termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur,
dimana satu diantaranya didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair lain.
Sistem dibuat stabil dengan adanya suatu zat pengemulsi (Martin. 1990). Emulsi
sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur biasanya air dan minyak
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang
lain, dan dispersi tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan
membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah.
Emulgator adalah
molekul-molekul yang mempunyai afinitas terhadap cairan yang membentuk kedua
emulsi (sumardjo, 2006 ; 547), semua emulgator bekerja dengan membentuk lapisan
disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dalam lapisan ini berfungsi
agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan disperse sebagai fase
terpisah.
Tween dan Span (Surfaktan) merupakan senyawa derivate sorbitan, surfaktan
dari Atlas company. Span adalah ester dari sorbitan dengan asam lemak sedangkan
tween adalah ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung ikatan
ester dengan oksi etilen. Span 80 terdiri dari sorbiton monooleat cair seperti
minyak, Tween 80 polioksi etilen sorbitan monooleat, cair seperti minyak
(Anief,2006 : 142-143).
Surfaktan atau amfifil, menurunkan tegangan antar muka minyak atau
air dan membentuk lapisan monomolekuler. Sifat-sifat surface active agent dari
molekul surfaktan mengandung efek mengenai sifat relative hidrofil atau lipofil
dari surfaktan yang disebut HLB.
HLB adalah Hidrophiel-lypophiel Balance. Makin
rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil surfaktan tersebut,
sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil.
Metode Penentuan Tipe Emulsi :
1.
Metode Pewarnaan
Sejumlah
kecil zat pewarna yang larut dalam air seperti metilen blue (brilliant blue) dapat ditaburkan pada
permukaan emulsi. Pada emulsi m/a zat warna akan tersebar merata ke permukaan
cairan, sedangkan pada emulsi a/m zat warna akan berkumpul pada permukaan.
2.
Metode Pengenceran
Dilakukan
pengenceran emulsi dengan mneggunakan air. Jika emulsi m/a, maka akan bercampur
dengan air dan tidak terjadi pemisahan.
3.
Metode Konduktasi
Dilakukan
dengan mengaliri arus listrik pada emulsi menggunakan lampu sebagai
indikatornya. Emulsi m/a akan dapat menghantarkan arus listrik (konduktor),
sedangkan emulsi a/m akan menghambat arus listrik (isolator) (Lachman. 1994).
Ketidakstabilan Emulsi :
1.
Flokulasi
Flokulasi
adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang posisinya
tidak beraturan didalam emulsi.
2.
Creaming
Creaming
adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang
berbeda-beda didalam emulsi.
3.
Koaselen
Koaselen
adalah peristiwa terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar.
4.
Demulsifikasi
Demulsifikasi
adalah peristiwa yang disebabkan oleh proses lanjur dari koaselen (Kamianti.
1991).
Tipe-tipe zat pengemulsi :
1.
Surfaktan : untuk menurunkan tegangan permukaan
2.
Koloida hidrofilik : untuk membentuk lapisan multimolekular
3.
Partikel padat terbagi halus : teradsorpsi pada batas antar muka
dua fase cair yang tidak bercampur.
Contoh-contoh zat pengemulsi :
Tween 80, Span 80, PGA, Tragakan. (Anief.
2000).
Mekanisme kerja pengemulsi (surfaktan) :
1.
Membentuk lapisan monomolekuler; surfaktan yang dapat menstabilkan
emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorpsi molekul
atau ion pada permukaan antara m/a. ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil
karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata bahwa tetesan
dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mecegah penggabungan
tetesan yang mendekat.
2.
Membentuk lapisan multimolekuler; koloid lifofilik membentuk
lapisan multimolekuler disekitar tetesan dari disperse minyak. Sementara koloid
hidrofilik diabsorpsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan
tegangan permukaan. Keefektivitasannya tergantung [ada kemampuan membentuk
lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang koheren.
3.
Pembentukan Kristal partikel-partikel padat; menunjukan pembiasan
ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat
optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penadaan “Kristal Cair”.
Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang khas, yang
banyak dibentuk dalam ketergantungan dari struktur kimia tensed/air, suhu dan
seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda
dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang
terdiri dari 2 cairan tidar bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya
sebagai globula-globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir
bahwa emulsi bahan cair, emulsi dapat digunakan untuk pemakaian dalam dan luar
serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda (Parrot. 1970).
V.
Prosedur
Penentuan HLB butuh minyak dengan rentang HLB lebar
R/ Minyak
20 g
Emulgator total 10 g
(Tween 80 dan span 80)
Setil alkohol 10 g
Air ad. 100 g
Dik : HLB tween 80 = 15
HLB span 80 = 4,3
Tabel tipe- tipe emulsi dan nilai HLBnya:
Tipe
emulsi
|
Nilai
HLB butuh
|
1
|
5
|
2
|
7
|
3
|
9
|
4
|
11
|
5
|
13
|
Dibuat 5 (lima) larutan seri tipe
emulsi dengan ketentuan nilai HLB butuh diatas,
kemudian dihitung jumlah Tween 80 dan Span 80 yang dibutuhkan untuk
membuat ke lima tipe emulsi tersebut, lalu di timbang masing-masing: minyak,
air, Tween 80, Span 80 dan setil allohol sesuai jumlah yang dibutuhkan. Bahan
bahan dicampurkan sesuai dengan fase nya, fase minyak (dicampur minyak dengan
span 80 dan setil alkohol), fase air (dicampur air dengan Tween 80), kemudian dipanaskan
dalam cawan penguap kedua fase tersebut diatas penangas air 60
- 70
C. Setelah dipanaskan dimasukan fase air ke dalam fase minyak
didalam matkan (gelas plastik) dan diaduk
menggunakan rotary stirrer selama 5
menit dengan kecepatan 500 rpm. Dimasukan emulsi kedalam tabung sedimentasi dan
diberi label sesuai dengan nilai HLB masing-masing. Diamati kestabilan emulsi
selama 6 hari dan bila terjadi creaming diukur dan dihitung tingginya yang
membentuk cream, lalu ditentukan nilai HLB paling stabil.
VI.
Data Pengamatan
Perhitungan jumlah tween 80 dan span 80
R/ Minyak
20 g
Emulgator total 10 g
(Tween 80 dan span 80)
Setil alkohol 10 g
Air ad. 100 g
Dik : HLB tween 80 = 15
HLB span 80 = 4,3
Tabel tipe- tipe emulsi dan nilai HLBnya:
Tipe
emulsi
|
Nilai
HLB butuh
|
1
|
5
|
2
|
7
|
3
|
9
|
4
|
11
|
5
|
13
|
1.tipe emulsi 1:
tween 80 : 15 5-4,3= 0,7
5
|
5
Span
80 : 4,3 15-5=10 +
10,7
Span
80 =
x 10 gr = 9,34
gram
Tween 80
=
x 10 gr = 0,65
gram / 650 gram
1.tipe emulsi 2:
tween 80 : 15 7-4,3= 2,7
7
|
5
Span
80 : 4,3 15-7=8 +
10,7
Span
80 =
x 10 gr = 2,52
gram
Tween 80
=
x 10 gr = 7,47
gram
1.tipe emulsi 3:
tween 80 : 15 9-4,3= 4,7
9
|
5
Span
80 : 4,3 15-9=6 +
10,7
Span
80 =
x 10 gr = 4,4
gram
Tween 80
=
x 10 gr = 5,6
gram
1.tipe emulsi 4:
tween 80 : 15 11-4,3= 6,7
11555555555555555555555555555555555555551111111
|
111111
|
5
Span
80 : 4,3 15-11=4 +
10,7
Span
80 =
x 10 gr = 6,26
gram
Tween 80
=
x 10 gr = 3,73
gram
1.tipe emulsi 5:
tween 80 : 15 13-4,3= 8,7
11555555555555555555555555555555555555551111111
|
131111
|
5
Span
80 : 4,3 15-13=2 +
10,7
Span
80 =
x 10 gr = 8,1
gram
Tween 80
=
x 10 gr = 1,86
gram
Tipe
Emulsi
|
Nilai
HLB
|
Jumlah
span (g)
|
Jumlah
tween (g)
|
Tinggi
Cream (cm)
|
|||
Hari
ke-1
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-3
|
Hari
ke-4
|
||||
1
|
5
|
0,65
gr
|
9,34 gr
|
2,5
cm
|
2,8
cm
|
3
cm
|
3
cm
|
2
|
7
|
2,52
gr
|
7,47
gr
|
0,1
cm
|
0,2
cm
|
0,3
cm
|
0,4
cm
|
3
|
9
|
4,39
gr
|
5,60
gr
|
2,5
cm
|
4,2
cm
|
4,5
cm
|
5
cm
|
4
|
11
|
6,29
gr
|
3,73
gr
|
9
cm
|
9,2
cm
|
9
cm
|
9,1
cm
|
5
|
13
|
8,13
gr
|
1,86
gr
|
9,5
cm
|
9,5
cm
|
9,5
cm
|
9,5
cm
|
Gambar-gambar hasil pengamatan:
Gambar hari
ke-1
Gambar hari ke-2
Gambar hari
ke-3 Gambar hari ke-4
VII. Pembahasan
Emulsi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat cair atau larutan obat, teridspersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi dibuat supaya
stabil dengan menggunakan pengemulsi atau emulgator yang berfungsi intuk
menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan memiliki dua gugus polar dan nonpolar.
Selain dengan surfaktan dapat digunakkan dua campuran dari tween 80 dan span 80
agar lapisan monomolekuler yang didapat lebih bagus dan tidak mudah rusak.
Tween memiliki nilai HLB 15 sedangkan span nilai HLB nya 4,3. HLB adalah nilai
yang menunjukkan perbandingan antara gugus polar dan nonpolar, dimana semakin
besar nilai HLB maka gugus polarnya semakin banyak dan semakin larut dalam air.
Pada percobaan kali ini dilakukan
pembuatan emulsi dengan emulgator golongan surfaktan, digunakan emulgator tween
80 dan span 80, dimana tween 80 untuk fase air dan span 80 untuk fase minyak,
maka emulsi yang stabil dapat dibuat dengan mudah dengan menggunakkan kombinasi
surfaktan yang polar dan yang nonpolar. Kombinasi tersebut dapat menghasilkan
fase antarmuka yang mencakup tinggi pemukaan, viskositasnya, dan juga mencegah
terjadinya creaming dan meningkatnya stabilitas.
Surfaktan (Surface active agents
atau wetting agents) merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif
pada detergen, sabun, shampoo, dan surfaktan dapat menurunkan tegangan
permukaan sehingga memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan.
Surfakatan dikelompokan menjadi empat yaitu surfaktan anionik, kationik,
nonionik amphoterik (Dean and Bradley, 1984)
Pemilihan emulgator merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Emulgator yang Metode yang dapat
digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah metode HLB
(Hydrophilic-Lipophilic Balance). Akan tetapi dalam kenyataannya, jarang sekali
ditemukan HLB dengan harga yang persis dibutuhkan oleh suatu emulsi. Oleh
karena itu sering digunakan emulgator kombinasi dengan harga HLB rendah dan
harga HLB tinggi.
Setelah pembuatan emulsi dengan
emulgator Span dan Tween, diamati hasilnya selama 4 hari (dari hari
selasa-jumat) dapat dilihat kestabilan emulsi dihari pertama, Emulsi tipe 1 2,5
cm, tipe 2 0,1 cm, tipe 3 2,5 cm, tipe 4 9 cm, tipe 4 9,5 cm. Dihari kedua,
Emulsi tipe 1 2,8 cm, emulsi tipe 2 0,8 cm, tipe 3 4,2 cm, tipe 4 9,2 cm, tipe
5 9,5 cm. Dihari ketiga, Emulsi tipe 1 3 cm, emulsi tipe 2 0,3 cm, emulsi tipe
3 4,5 cm, emulsi tipe 4 9 cm, emulsi tipe 5 9,5 cm. dan hari keempat Emulsi
tipe 1 3 cm, emulsi tipe 2 0,4 cm, emulsi tipe 3 5 cm, emulsi tipe 4 9,1cm,
emulsi tipe 5 9,5 cm. Emulsi yang stabil dapat terjadi apabila ada kesetaraan
HLB surfaktan dan HLB butuh minyak
adalah HLB karakteristik yang menurut gritin setara dengan HLB surfaktan
yang dapat membentuk emulsi tipe tertentu yang stabil.
Pada
percobaan yang dilakukan kedua fase dicampurkan kedalam matkan, supaya emulsi dapat
terbentuk maka dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 500rpm karena
semakin tinggi kecepatan pengadukan maka akan dapat menurunkan viskositas dan
memperlambat waktu pemisahan fase. Emulsi minyak dan air dalam bidang farmasi
berfungsi untuk menutupi bau dari minyak.
VIII.
Kesimpulan
1. Dari percobaan emulsifikasi ini
dapat disimpulkan bahwa, dalam pembuatan emulsi terdapat zat emulgator yang
perannya sangat penting karena kemampuan emulgator untuk menjaga kestabilan
suatu emulsi.
2. Emulsi juga sangat berperan penting dalam
dunia farmasi karena pada beberapa pembuatan obat terdapat bahan-bahan yang
tidak bercampur dan stabil ketika dibuat sebuah larutan.
3. Dari percobaan ini pula kita mampu
menyimpulkan bagaimana cara pembuatan emulsi yang baik salah satunya dengan
menggunakan teknik kecepatan memutar bahan emulsi, karena semakin cepat diputar
makan akan semakin menurunkan kekentalan suatu emulsi dan hasilnya akan baik,
nilai HLB juga sangat berperan penting dalam pembentukan emulsi, nilai yang
baik untuk sebuah kestabilan emulsi adalah 7, maka sangat penting untuk
menyetarakan nilai HLB dengan nilai HLB butuh minyak, maka hasil pembuatan
emulsi akan bagus dan stabil.
DAFTAR
PUSTAKA
Pengantar kimia damin sumardjo 2006 buku kedokteran EGC Jakarta.
Anief. (2000). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kamianti.
(1991). Kimia Kedokteran Edisi I. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Lachman. (1994). Teori dan
Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI-Press.
Martin,
A. (1990). Farmasi Fisika Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: UI Press.
Parrot, L.E.
(1970). Pharmaceutical Technology. Mineneapolis:Burgess
Publishing Company.
Comments
Post a Comment