Skip to main content

LAPORAN SISTEM SARAF DAN PANCA INDERA


SISTEM SARAF DAN PANCA INDERA

I.    TUJUAN
1.    Menjelaskan struktur sel dan jaringan yang menyusun sistem saraf
2.    Menjelaskan anatomi dan fungsi otak
3.    Menjelaskan anatomi spinalis cordata beserta fungsinya
4.    Menjelaskan anatomi dan fungsi sistem saraf tepi
5.    Menjelaskan fungsi sistem panca indera dan kaitannya dengan sistem saraf

II.    TEORI
            Pada dasarnya sistem saraf manusia dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu sistem saraf pusat yang terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, dan sistem saraf tepi terdiri atas saraf sensoris dan saraf motorik. (Sudjadi,2006).
2.1  Mata


 








            Mata adalah alat panca indera pada manusia atau hewan yang digunakan untuk melihat (indra penglihatan), mata merupakan organ penglihatan yang mendeteksi cahaya yang dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. (Jannah, 2008).
Bagian-Bagian mata yaitu :
1.      Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, dan merupakan bagian dinding mata paling luar, bagian ini berwarna putih buram dan bersifat keras karena tersusun oleh jaringan ikat dengan serat yang kuat. Berfungsi untuk melindungi mata dari kerusakan.
2.      Kornea, Pada bagian depan skera terdapat bagian bening yang terlihat cembung, bagian ini disebut kornea. Kornea berfungsi untuk melindungi lensa mata dan meneruskan cahaya yang masuk ke mata. Kornea selalu dibasahi oleh air mata, tidak memiliki pembuluh darah dan bersifat tembus cahaya.
3.      Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Retina merupakan bagian yang memiliki reseptor cahaya yang terdiri dari sel – sel saraf yaitu :
·         Sel Batang (Basilus),merupakan sel yang peka terhadap cahaya tidak kuat ( lebih berperan saat malam hari atau dalam keadaan gelap)
·         Sel Kerucut (Konus),merupakan sel yang peka terhadap intensitas cahaya yang kuat ( lebih berperan saat siang hari atau dalam keadaan terang).  (Syaifudin,2010)
4.      Iris merupakan bagian yang memberi warna pada mata, Pada bagian Iris terdapat pingmen warna, oleh karena itu iris sering disebut selaput pelangi, iris terletak pada bagian depan bola mata. Iris dapat mengkerut dan mengembang, iris berfungsi untuk mengatur pergerakan pupil sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk.
5.      Pupil adalah bagian lubang yang terdapat pada bagian tengah iris yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata. Pupil akan melebar apabila sedikit cahaya yang masuk ke mata (dalam keadaan semakin gelap) , dan akan mengecil apabila banyak cahaya yang masuk ke mata (dalam keadaan semakin terang). 
6.      Lensa merupakan bagian yang bersifat lunak dan transparan yang terdapat di belakang iris. Lensa berfungsi untuk mengumpulkan dan memfokuskan cahaya agar bayangan benda jatuh di tempat yang tepat. Lensa memiliki kemampuan yang disebut daya akomodasi, yaitu kemampuan untuk menebal/menipisnya atau mencembung/memipihnya lensa sesuai dengan jarak benda yang dilihat.
7.      Kelenjar Lakrima merupakan bagian mata yang berfungsi untuk menghasilkan air mata yang akan membasahi kornea, melindungi mata dari kuman, menjaga mata dan kelopak mata bagian dalam agar tetap lembut dan sehat.
8.      Saraf optik merupakan bagian yang berfungsi untuk memberikan informasi visual yang diterima dan diteruskan ke otak.
9.      Titik Buta, merupakan bagian yang berfungsi untuk meneruskan dan membelokkan berkas saraf menuju ke otak. Pada titik buta tidak terdapat sel – sel yang peka terhadap rangsangan cahaya. Oleh karena itu apabila bayangan benda jatuh pada bagian ini, maka kita tidak dapat melihat. (Evelyn C.Pearce. 2008)

2.2 Telinga









            Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan. Rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood,2001).
                        Telinga merupakan alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa gelombang suara. Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi antara 20-20.000 Hz. Selain sebagai alat pendengaran, telinga juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh manusia (Pearce, 2009: 325).
       Telinga manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.        Telinga Bagian Luar, terdiri dari : Daun telinga, Saluran telinga luar atau lubang telinga, Kelenjar minyak, Membran timpani atau selaput gendang.
2.        Telinga Bagian Tengah, terdiri dari : Telinga bagian tengah terletak di sebelah dalam membran timpani, Saluran Eustachius, Tulang pendengaran.
3.        Telinga Bagian Dalam, berfungsi mengantarkan getaran suara ke pusat pendengaran oleh urat saraf. Penyusun telinga bagian dalam adalah sebagai berikut. (Pearce, 2009:325)

2.3 Pengecapan

Gambar terkait

Lidah adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa zat kimia larutan. Lidah memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh lendir dan penuh dengan bintil-bintil. Kita dapat merasakan rasa pada lidah karena terdapat reseptor yang dapat menerima rangsangan. Reseptor itu adalah papilla pengecap atau kuncup pengecap. Kuncup pengecap merupakan kumpulan ujung-ujung saraf yang terdapat pada bintil-bintil lidah. Papilla agak kasar karena memiliki tonjolan-tonjolan pada permukaan lidah. Di dalam papila terdapat banyak kuncup-kuncup pengecap (taste bud) yaitu suatu bagian berbentuk bundar yang terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai reseptor (Pearce, 2009).


2.4 Penciuman


 








            Mekanisme  alat indera pembau/penciuman adalah rangsang bau berupa gas yang berasal dari lingkungan sekitarnya, meransang indera pembau di dalam rongga hidung. Selanjutnya rangsang bau  tersebut bergerak  diterima oleh lender pembau dan diteruskan ke gelembung pembau, kemudian bergerak melalui berkas saraf menuju otak untuk ditafsirkan.(Guyton, 1983)
            Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel- sel pembau. Pada sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf kranial (nervus alfaktorius), yang selanjutnya akan bergabung membentuk serabut-serabut saraf pembau untuk menjalin dengan serabut-serabut otak (bulbus olfaktorius). Zat-zat kimia tertentu berupa gas atau uap masuk bersama udara inspirasi mencapai reseptor pembau. (Pearce, 2009)  Zat ini dapat larut dalam lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit. Kemudian timbul impuls yang menjalar ke akson-akson. Beribu-ribu akson bergabung menjadi suatu bundel yang disebut saraf I otak (olfaktori). Saraf otak ke I ini menembus lamina cribosa tulang ethmoid masuk ke rongga hidung kemudian bersinaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius dan impuls dijalarkan ke daerah pembau primer pada korteks otak untuk diinterpretasikan.( Pearce, 2009)
            Sensasi penciuman dimulai di epitel penciuman yang terletak di tiap lipatan di puncak rongga hidung. Letak daerah ini terlihat pada gambar yang memperagakan penampang dari jalan udara dalam hidung dan juga kaitan antara epitel penciuman dengan susunan saraf.( Pearce, 2009)
            Reseptor Penciuman:
            Epitel penciuman mengandung banyak reseptor saraf yang disebut sel-sel olfaktorius. Sel-sel itu merupakan sel-sel saraf khusus mempunyai tonjolan-tonjolan kecil berupa mikrovili yang disebut rambut penciuman. Rambut  itu keluar dari epitel masuk ke dalam mukus yang melapisinya. Rambut penciumlah yang mendeteksi berbagai macambau-bauan. (Corwin, 2001)
            Dengan cara bagaimana bau-bauan menggiatkan rambut penciuman tidak dipahami benar. Namun bau yang sangat tercium adalah: Pertama, zat-zat yang sudah muda menguap, dan yang kedua, zat-zat yang sangat mudah larut dalam lemak. Kemudian menguap ini penting karena baunya hanya dapat mencapai rongga di puncak hidung dengan cara mengikuti aliran udara. Kelarutan dalam lemak penting karena rambut penciuman sendiri merupakan tonjolan dari membran sel penciuman, dan kita tahu semua membran sel penciuman, akan berubahlah potensial membran dan menimbulkan impuls saraf dalam sel pemciuman. (Anthony, 1983)
Bagian-bagian lidah:
a.      Papila
Papila mengandung kuncup pengecap (kemoreseptor), yang membantu kita mengidentifikasi antara selera yang berbeda dari makanan. Ketika kita mengunyah makanan, sebagian larut dalam air liur. Bagian makanan yang terlarut ini terjadi kontak dengan selera dan menghasilkan impuls saraf.
Serabut saraf ini dikenal sebagai mikrovili. Serabut saraf ini membawa pesan ke pusat rasa di otak. Kemudian otak merasakan rasa. Selera adalah koleksi sel seperti saraf yang terhubung ke saraf yang berjalan ke otak. Selera adalah organ rasa yang sejati. Mereka memiliki banyak sel-sel sensorik yang pada gilirannya terhubung ke banyak serat saraf yang berbeda.
4.    jenis utama dari papila:
1.      Papila filiform, atau papila kerucut, yang paling banyak dari empat jenis utama dari papila, yang diatur dalam baris cukup teratur berjalan sejajar dengan alur tengah lidah. Tersebar diseluruh permukaan lidah. Papila ini tidak memiliki sel kecap namun memiliki mekanoreseptor. Fungsinya yaitu untuk meningkatkan gesekan antara lidah dan makanan.
2.      Papila poliate yang berkerumun menjadi dua kelompok diposisikan pada setiap sisi lidah. Sel kecap berdegenerasi pada awal masa kanak-kanak.
3.      Papila fungiform terlibat dalam sensasi rasa dan memiliki selera yang tertanam di permukaan mereka. Mereka menanggapi baik rasa manis dan asam. Terletak di seluruh permukaan lidah. Setiap papila memiliki lima kuncup pengecap.
4.      Papila sirkumvlata, Setiap orang hanya memiliki 7 sampai 12 papila sirkumvalata, namun papila ini masing-masing berisi beberapa ribu selera. Papila sirkumvalata berbetuk bulat, mengangkat, dan terlihat dengan mata telanjang. Mereka diatur dalam bentuk V di bagian belakang lidah, memiliki 100-300 kuncup pengecap.
b.                  Tonsil atau amandel
            Fungsi utama dari amandel adalah untuk melayani sebagai garis pertahanan pertama dalam sistem kekebalan tubuh.
c.                   Adenoid.
            Mereka membantu dalam memerangi infeksi.
d.                  Kuncup rasa (taste bud)
Adalah Struktur yang terletak pada permukaan lidah. Mereka tertanam dalam mukosa papila lidah. Papila adalah juluran pada permukaan diatas lidah.
Kuncup rasa mengandung reseptor untuk rasa. Ada sekitar 3000 Selera pada lidah orang dewasa. Ada empat rasa utama – manis, asin, asam dan pahit. Keempat selera utama dirasakan oleh porsi yang berbeda dari lidah. Ujung lidah kita untuk merasakan garam dan manis. Selera di sisi lidah akan mendeteksi rasa asam. Sedangkan bagian belakang lidah mendeteksi rasa pahit.
e.                   Sel reseptor rasa atau reseptor gustatory
            Mereka adalah sel berbentuk gelendong yang bersifat neurosensorik. Mereka memiliki rambut di salah satu ujung dan di ujung lain mereka memiliki serabut saraf. Jumlah mereka 5-15 di setiap pengecap. (Sloane, 2003 )
FUNGSI UTAMA LIDAH:
  • Sebagai indera pengecap
  • Alat bantu mengucap pada saat berbicara
  • Membantu letak makanan saat dikunyah dan membantu menelan makanan
·         Membantu mencerna makanan secara mekanik yang dilakukan oleh gigi (Sloane, 2003).
2.5  Sistem Peliput


 









            Kulit adalah jaringan atau lapisan yang menutup seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya yang dating dari luar. Lapisan kulit pada dasarnya sama disemua lapisan tubuh, kecuali di bagian telapak tangan telapak kaki, dan bibir, tebalnya bervariasi dikelopak mata 0,5 mm hingga 4 mm ditelapak kaki. (Wibowo, 2008)
Kulit tipis menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit tebal. Epidermisnya tipis sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh. Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal, hanya terdapat beberapa perbedaan :
1)      Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2)      Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3)      Tidak terdapat stratum lucidium.
4)      Stratum corneum sangat tipis.
5)      Papila corii tidak teratur susunannya.
6)      Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea (Anderson 1996).
            Telapak tangan dan telapak kaki lebih tebal dibandingkan bagian kulit yang lain, ketebalan terjadi disebabkan lebih tebalnya lapisan cornium, karena pada bagian telapak tangan dan kaki sering terjadi gesekan dibandingkan bagian tubuh yang lain. Kulit pada bagian telapak jauh lebih peka terhadap rangsang, karena pada kulit jari banyak ditemukan ujung saraf peraba per millimeter persegi. (Wibowo, 2008)
            Lapisan kulit terbagi menjadi beberapa bagian yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis), dan jaringan penyambung dibawah kulit (hypodermis/subkutan). (Brown, 2005)
            Epidermis merupakan bagian kulit paling luar, melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalu dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Epidermis tersusun atas startum kornium (sel mati yang mengandung keratin), startum granoulosum (sel bergranula). (Brown, 2005).
            Dermis merupakan sistem integrasi dari jaringan konektif fibrosa, flamentosa dan juga difus yang merupakan lokasi terdapatnya pembuluh darah dan saraf dikulit. Dermis komponen terbesar yang menyusun kulit dan membuat kulit memliki kemampuan elastistas dan dapat direnggangkan, berfungsi untuk melindungi tubuh dari trauma mekanik, membantu proses regulasi suhu tubuh dan mengandung reseptor sensorik. (Murlistyarini, 2018)
            Subkutan merupakan lapisan lemak (jaringan adiposa) sebagai tempat penyimpanan lemak, berfungsi sebagai lapisan insulasi, dan berperan sebagai bantalan kulit.

III.       ALAT DAN BAHAN
Alat
Bahan
Pipet tetes
Larutan qinin sulfat 0,1 %
Kartu snellen
Larutan Sukrosa 5%
Garpu tala
Larutan asam asetat 1%
Stopwatch / Jam
Larutan As. klorida 0,0009 M
Penutup mata
Larutan NaCl
Buku tes buta warna
Kapas
Jangka Sorong
Kamfer
Lampu Senter
Minyak permen
Meteran (Alat ukur)
Minyak cengkeh
Pulpen


IV.        PROSEDUR
4.1  Anatomi
Diamati struktur sel saraf, otak dan spinalis cordata
4.1.1 Anatomi mata
Disebutkan bagian-bagian mata dan diamati.
4.1.2 Anatomi telinga
Diamati bagian-bagian telinga, dan disebutkan fungsinya.
4.1.3 Anatomi hidung
Diamati dan dicari bagian-bagian hidung, ditulis pada jurnal beserta fungsinya.
4.1.4 Anatomi lidah
Diamati dan disebutkan bagian-bagian pada lidah beserta fungsinya.

4.2  Fisiologi
4.2.1        Penglihatan
                       i.      Refleks akomodasi
            Diukur pupil mata dan diamati adanya perbedaan pupil mata di bawah sinar biasa dan sinar terang (menggunakan lampu senter). Diukur pupil mata pada saat melihat  objek pada jarak 5 meter maupun 20 cm.
                     ii.      Titik Dekat
            Difokuskan mata pada objek berjarak 1 m (pada saat praktikum yang digunakan adalah pulpen), lalu perlahan-lahan objek digerakan mendekati mata sampai objek terlihat berganda, kemudian digerarakan kembali menjauh sampai objek tampak lagi seperti objek tunggal.
                      iii.      Ketajaman penglihatan
            Dilakukan uji ketajaman penglihatan  pada teman sekelompok , menggunakan kartu Snellen. Ketajaman penglihatan dinyatakan sebagai V= d/D.
d= Jarak huruf dapat dilihat dengan jelas
D= jarak huruf seharusnya dapat dibaca
                      iv.      Penglihatan Binokular
            Dimasukan benang kedalam lubang jarum dengan kedua mata terbuka. Di catat waktunya, kemudian dilakukan hal yang sama dengan salah satu matat ditutup, dihitung waktunya dan dicatat kembali lalu disimpulkan.
                     v.          Uji Buta warna
            Dilakukan uji buta warna dengan uji Ishihara, diletakan plat warna Ishihara berjarak 75 cm dari subjek dan berikan jawaban nomor atau jawaban yanh terlihat, setiap jawaban tidak boleh diberikan lebih dari 3 detik.

4.2.2        Pendengaran (Uji Ketulian)
            Diuji ketulian menggunakan metode uji Weber, dipukulkan garpu tala dengan frekuensi 512  cps pada lutut . Digigit garpu tala diantara gigi dengan bibir terbuka.
Catatan : Untuk mendapat keadaan serupa ketulian konduktif, dilakukan percobaan dengan salah satu telinga disumbat kapas.

4.2.3    Pengecapan
 i.   Distributor reseptor kecap
            Ditentukan lokasi reseptor untuk 4 jenis rasa pada lidah, dengan meneteskan  tiap1 tetes larutan, larutan kinin sulfas 0,1 % , larutan sukrosa 5%, larutan asam asetat 1% , larutan natrium klorida 10%. Setiap kali setelah mengucap satu rasa berkumurlah dengan air tawar.
ii.   Nilai ambang rasa
Berdasar pada literatur
Pahit : Kinin  0,000008 M
           Manis : Sukrosa 0,01 M
Asam : asam klorida 0,01 M
Asin : Natrium klorida 0,01 M
Untuk membuktikan kebenaran literatur dilakukan pengujian dengan cara memanaskan semua larutan pada suhu 37'C lalu diteteskan 1 tetes larutan pada lidah bersih (sewaktu mencicipi lidah tidak bergoyang)
4.2.4        Penciuman
            Percobaan diakukan oleh dua orang ,1 orang diminta untuk menutup mata dan kemudian  diciumkan kamfer pada satu lubang hidungnya (dengan lubang hidung yang lain ditutup). Ditanyakan apakah bau kamfer tercium, bila bau kamfer dicium terus menerus, catat waktu yang diperlukan sampai orang tersebut tidak dapat mendeteksi bau tersebut. Waktu yang diperoleh merukapan waktu adaptasi. Kemudian dia diminta untuk mmbedakan  atau mengenali bau minyak permen dan minyak cengkeh dengan lubang hidungnya.
4.2.5     Peliput
Distribusi reseptor pada kulit
            Dibuat kotak berukuran  2cm berjumlah 20 kotak di gambar pada telapak tangan dan lengan. Didalam kotak tersebut dilakukan sentuhan perlahan dengan bulu sikat pada 20 tempat di kotak tersebut, jika timbul sensasi maka ditandai dengan huruf S (Sensasi Sentuh) .  Lalu  dipanaskan  paku  dalam air dengan suhu  40'C  atau 50 'C  lalu dikeringkan, disentuhkan paku pada setiap kotak  seperti percobaan diatas, jika timbul  sensasi maka ditandai  dengan huruf P (Sensasi panas), paku didinginkan menggunakan air es dikeringkan lalu cari reseptor dingin jika ada ditandai dengan huruf D (Sensasi dingin) ,dilakukan lagi pada hal yang sama menggunakan jarum, untuk melihat reseptor nyeri jika ada ditandai dengan N (Sensasi Nyeri)

V.       DATA PENGAMATAN
5.1         Penglihatan
5.1.1 Ukuran pupil mata
            Dari percobaan dapat dihasilkan bahwa ukuran pupil, diabawah sinar biasa 0,6 mm, dibawah sinar terang 0,72 mm, jarak 20 cm 1,4 mm, jarak 5 m 1,5 mm.
5.1.2 Titik dekat akomodasi
            Setelah melakukan pengujian dengan memfokuskan mata pada objek dihasilkan titik dekat untuk akomodasi pada jarak 1 m, sebesar 19 cm .
5.1.3 Ketajaman penglihatan
d= 3,05 dan D= 3,05
Maka V =

Dihasilkan nilai 1, maka penglihatan nya normal.
5.1.4 Penglihatan Binokuler
            Pada saat dilakukan pengujian  memasukan benang kedalam jarum dengan  dua mata terbuka didapat waktu 11 detik, kemudian dilakukan hal yang  sama dengan  satu mata terbuka didapat waktu 9 detik.
5.15  Uji Buta Warna
            Setelah dilakukan serangkaian pengujian , hasilnya mata tidak mengalami buta warna atau normal karena  mampu membaca semua angka yang ada pada buku ishihara.

5.2 Pendengaran (Uji Ketulian)
            Pada saat garpu tala dipukulkan pada lutut terdengar suara ditelinga kiri, percobaan kedua pada saat dilakukan penyumbatan telinga dengan kapas di telinga kiri terdengar suara di telinga kanan.

5.3 Pengecapan
i. Distributor reseptor kecap
            Dilakukan pengujian dengan menggunakan berbagai larutan hasilnya sama dengan literatur bahwa yang melakukan pengujian mampu merasakan pahit setelah mengecap larutan kinin 0,1 % M, kemudian merasakan rasa manis setelah mengecap larutan sukrosa 5% , juga asam setelah mengecap larutan asam klorida 0,01 M, dan rasa asin dari larutan natrium klorida 0,01 M .

ii. Nilai ambang Rasa
Latutan
respon
Larutankinin
Terasa
Larutanasamasetat
Terasa
LarutanNaCl
Terasa
Larutansukrosa
Terasa

5.4 Penciuman
Pada  saat pengujian dilakukan penutupan pada salah satu lubang hidung,  praktikan masih mampu mencium bau kamfer, lalu. Dilakukan adpatasi penciuman dengan menciumkan bau kamfer pada hidung sampai hidung tidak dapat mencium aroma kamfer, yang terjadi pada waktu 7,4 detik, selanjutnya diciumkan aroma minyak permen dan cengkeh yang langsung dapat dikenali oleh praktikan yang melakukan uji.

5.5 Sistem peliput
Pengamatan sensasi sentuh (S), panas (P), dingin (D), dan nyeri (N), pada bagian telapak tangan dan lengan menggunakan sikat bulu, paku yang dipanaskan pada suhu 45˚C dan paku yang didinginkan pada air es, beserta jarum.
Pada pengamatan sensasi kulit dibagian telapak tangan, didapatkan 12 sensasi panas, ditempat berbeda dari 20 bagian tempat, kemudian didapat 15 sensasi dingin dari 20 tempat berbeda tersebut, dan 5 sensasi nyeri, serta 20 sensasi sentuh pada setiap 20 tempat berbeda.
Pada telapak tangan
PDS
SP
SP
SD
SPDN
SPDN
SD
SP
PDN
SD
SD
SDP
SD
SPDN
SPDN
SD
SD
SDP
SPN
SD
           
Pada pengamatan sensasi kulit dibagian lengan, didapatkan 12 sensasi panas, ditempat berbeda dari 20 bagian tempat, kemudian didapat 19 sensasi dingin dari 20 tempat berbeda tersebut, dan 10 sensasi nyeri, serta 19 sensasi sentuh pada setiap 20 tempat berbeda.
Pada Lengan
SP
SPD
SPD
SDN
SDN
SPD
SPD
SDN
SPDN
SPDN
SPDN
PDN
SPDN
SDN
PDN
SPDN
SPD
SPDN
SPD
SPND

VI.         PEMBAHASAN
            Mata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia Mata mempunyai diameter sekitar 24 mm dan tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu outer fibrous layer, middle vascular layer dan inner layer. Outer fibrous layer (tunica fibrosa) dibagi menjadi dua bagian yakni sclera dan cornea. Sclera (bagian putih dari mata). Kornea merupakan bagian transparan dari sclera yang telah dimodifikasi sehingga dapat ditembus cahaya .
            Akomodasi adalah refleks  yang terjadi pada pupil, untuk menyesuaikan kekuatan lensa baik sumber cahaya dekat maupun cahaya jauh dapat difokuskan di retina. Dengan adanya proses tersebut, titik jauh lebih dekat ke mata. Ketika melihat benda dekat saraf parasimpatik yang bekerja, sedangkan ketika melihat benda jauh saraf simpatik yang bekerja dengan bantuan otot radial.
            Pada hasil pengamatan, ukuran pupil mata ketika berada di sinar biasa yaitu 0,6 mm, mata yang terkena cahaya secara tiba-tiba akan mengecil karena adanya intensitas cahaya yang masuk kedalam mata. lebarnya pupil mata diatur oleh iris. Ketika dibawah sinar terang atau ketika ada cahaya dari senter ukurannya  0,72 mm pupil mata membesar, hal ini dapat terjadi karena ketika pemancaran sinar, cahaya dari senter tidak sepenuhnya masuk ke mata dan terhalang oleh bayangan jangka sorong  ketika mengukur pupil, sehingga pupil mata tidak mengecil. ketika  pupil mata terkena cahaya senter seharusnya pupil mata akan mengecil karena Ditempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk ke mata.
            Ukuran pupil mata pada jarak 20 cm adalah 1,4 mm dan jarak 5m adalah 1,5 mm. Jadi dari percobaan ini dapat diketahui jarak dekat akomodasi dimana terjadi perangsangan syaraf parasimpatis sehingga menimbulkan kontraksi otot siliaris  mata mampu melihat objek lebih dekat dengan mendekatnya objek kearah mata, frekuensi impuls parasimpatis ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan jelas.
            Titik dekat mata merupakan jarak terdekat seseorang untuk melihat benda secara jelas. Dari hasil pengamatan diperoleh jarak 19 cm, maka benda dapat terlihat oleh mata tepat di retina. Hal ini terjadi karena titik dekat mata normal adalah 25 cm sehingga benda dapat terlihat jelas. Lensa mata dapat menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Untuk melihat objek yang jauh, lensa mata akan menipis sedangkan untuk melihat objek yang dekat lensa mata akan menebal. Lensa cembung merupakan contoh dari lensa tipis, dapat digunakan untuk kacamata rabun dekat,sebagai lup atau kaca pembesar,sebagai lensa objektif pada mikroskop, sebagai lensa objektif dan okuler pada teropong.      Lensa cekung merupakan lensa yang tengahnya tipis dan tepinya tebal dapat digunakan untuk kacamata rabun jauh.
Berdasarkan hasil pengamatan, ketajaman penglihatan diperoleh nilai 1 artinya mata normal. Ketika seseorang menderita rabun dekat,maka bayangan berada di belakang retina. Sedangkan ketika orang menderita rabun jauh, bayangan berada di depan retina.
            Pengamatan pada penglihatan binokuler, yaitu penglihatan dengan dua mata pada satu objek, lensa akan tetap difokuskan bersesusuaian dengan gamabar atau objek yang dilihat pada retina, lazimnya penglihatan binocular mampu membuat mata melihat objek lebih fokus tetapi pada pengamatan memasukan bola kedalam jarum dengan menggunakan dua mata lebih lambat dari pada satu mata ditutup, hasilnya 3 detik lebih cepat dengan mata tertutup hal ini dapat disebabkan pada saat pengujian menggunakan dua mata terdapat bayangan sehingga sulit memfokuskan mata.  
            Buta warna merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat mengenali warna baik secara total maupun sebagian (parsial). Organ mata yang berperan penting dalam mengidentifikasi warna yaitu bagian retina karena retina merupakan bagian mata yang mengandung rangsangan reseptor yang menerima cahaya (fotoreseptor) dan bagian retina pun terdapat bagian yang tidak mengandung fotoresepor yang disebut dengan titik buta. Dimana titik buta ini pasti dimiliki oleh setiap orang, walaupun orang tersebut dalam keadaan normal. Pada bagian lapis fotoreseptor merupakan lapisan terluar dari retina yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
            Pada penderita buta warna total yaitu keadaan dimana penderita tersebut sudah tidak dapat membedakan atau mengenali warna sama sekali. Sedangkan buta warna parsial berdasarkan uji isihara yaitu keadaan dimana orang tersebut tidak dapat membedakan warna hijau dan merah. Pada penderita buta warna parsial akan melihat warna hijau atau merah ini lebih gelap dari warna lain. Buta warna parsial ini disebabkan karena kerusakan pada sel kerucut pada retina mata untuk menangkap spectrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya. Pada saat melihat suatu objek yang berwarna dan memancarkan cahaya, mata akan menangkap berkas-berkas cahaya tersebut dan ini yang membuat kita dapat melihat benda dengan berbagai warna yang berbeda karena semua berkas cahaya yang jatuh pada retina dapat terserap utuh oleh sel kerucut, sedangkan pada penderita warna  berkas-berkas cahaya tidak dapat ditangkap secara sempurna, sehingga cahaya yang masuk ke dalam mata dan jatuh di retina tidak dapat terserap sempurna oleh sel kerucut sehingga presepsi kita terhadap warna menjadi tidak sempurna (Sherwood, 2001).
Buta warna dikenal beberapa bentuk, yaitu:
1.         Trikromatik, yaitu keadaan pasien mempunyai 3 pigme kerucut ynag mengatur fungsi penglihatan. Pasien buta warna jenis ini dapat melihat berbagai warna, tetapi dengan imperpetasi berbeda dari normal. Bentuk defisiensi yang paling sering ditemukan yaitu:
a.       Deuteranomaly, yaitu apabila yang rusak atau lemah bagian mata yang sensitive terhadap warna hijau
b.      Protomali, yaitu apaila yang rusak atau lemah bagian mata yang sensitive tehadap warna merah
c.       Tritanomali, yaitu apabila yang rusak atau lemah bagian mata yang sensitive terhap warna biru
2.         Dikromatik, yaitu pasien mempunyai 2 pigmen kerucut, akibatnya sulit membedakn warna tertentu.
a.       Protanopia, yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang
b.      Deuteranopia, yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap warna hijau
c.       Tritanopia, yaitu memiliki kesulitan membedakan warna biru dari kuning
3.         Monokromatik (akromatopsia atau buta warna total), hanya terdapat satu jenis pigmen sel kerucut, sedangkan 2 pigmen lainnya rusak.
a.       Monokromatisme sel batang, seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak normal akibat kelaainan sentral sehingga terdapat gangguan pengliatan warna total
b.      Monokromatisme sel kerucut, hanya terdapat 1 pigmen sel kerucut (Kartika, 2014: 270)
            Baik orang normal dan mereka dengan semua jenis defisiensi penglihatan warna akan membaca plate diatas sebagai 12. Karena, warna yang ada pada plate pertama tersebut sangat kontras dan pada penderita buta warna total termasuk kedalam bentuk buta warna yang monokromatik yaitu hanya memiliki satu jenis pigmen sel kerucut sedangkan 2 pigmen sel kerucut yang lain megalami kerusakan. Pada buta warna total bentuk monokromatik pada bagian monokromatik sel kerucut  buta warna total inilah yang dapat menyebabkan penderita buta warna total menyebutkan gambar tersebut sebagai angka 12 karena hanya terdapat 1 jenis pigmen sel kerucut yang masih berfungsi.
            Sedangkan pada penderita buta warna parsial dapat menyebutkan plate diatas sama seperti orang normal kemungkinan bentuk buta warna yang diidap yaitu buta warna trikromatik yaitu keadaan pasien yang mempunyai 3 pigmen kerucut yang mengatur fungsi penglihatan. Pasien buta warna ini dapat melihat berbagai warna tetapi dengan interpetasi berbeda dari normal. Bentuk difesiensi buta warna pada trikromatik ini yaitu pada bagian tritanomali. Dimana pigmen pada tritanomali ini yaitu  buta warna yang lemah atau rusak terhadap warna biru sehingga penderita buta warna ini hanya dapat membaca angka 12 yang berwarna merah.
            Pada penderita normal akan membaca angka 29 dan mereka yang mengalami mereka mengalami gangguan merah hijau akan menyebutkan angka 70. Hal ini dikarenakan penderita buta warna parsial melihat warna merah dan hijau tersebut lebih gelap dari warna yang ada pada sekelilingnya sehingga penderita buta warna parsial akan menyebutkan bahwa angka tersebut adalah angka 70.
            Berdasarkan uji buta warna dengan menggunakan isihara kondisi pada mata pada praktikan tergolong normal. Karena, praktikan dapat menyebutkan atau membedakan bentuk atau warna yang terdapat di dalam buku uji isihara dengan tepat dan tidak lebih dari 3 detik.
Mekanisme Pendengaran sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin,2001).
Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron aferen yang melepaskan potensial aksi.(Corwin, 2001)
Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal, disebut hantaran udara. (Ganong, 2002).
Pada percobaan ini pengujian terhadap indera pendengaran dilakukan dengan cara Uji Weber. Prinsip Uji Weber adalah membandingkan hantaran bunyi pada telinga kanan dan kiri. Pada pengujian ini dilakukan dengan bantuan garpu tala pada lutut. garpu tala yang telah dipukulkan pada lutut praktikan sukarelawan hingga bergetar, digigit dengan bibir terbuka. Suara yang dihasilkan terdengar di telinga kiri. Tetapi pada saat praktikan sukarelawan menutup salah satu telinga sebelah kanan terdengar suaranya lebih jelas. Dengan demikian pendengaran praktikan tidak normal (tuli konduktif). Hal ini dapat disebabkan kelainan di telinga bagian luar atau di telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengaran masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.
Ada berbagai macam gangguan di telinga, salah satu nya Tuli. Tuli ada dua macam yaitu :
1.             Tuli konduktif, terjadi karena gangguan transmisi suara ke dalam koklea misalnya kotoran yang menumpuk,
2.             Tuli Perseptif, bila terjadi kerusakan koklea atau saraf pendengaran. (Pearce, 2009:335)
Pada percobaan adaptasi penciuman pada orang percobaan dilakukan dengan menutup mata sambil mencium kamfer sampai baunya hilang, kemudian langsung dilanjutkan dengan mengenali bau minyak cengkeh dan minyak permen. Dari percobaan waktu yang diperlukan untuk mencium bau  kamfer yaitu 07.04 detik. Kemudian setelah di beri bau minyak permen dan minyak cengkeh praktikan langsung mengenali perbedaan baunya. Ini berarti penciuman praktikan masih berfungsi dengan baik. Karena pada saat waktu adaptasi hidung tidak mencium bau apapun sehingga dapat dengan mudah mengenali bau-bau minyak yang diajukan. Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau yang selanjutnya akan bergabung membentuk serabut saraf pembau.
Kulit tipis menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit tebal. Epidermisnya tipis sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh. Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal, hanya terdapat beberapa perbedaan.
Secara fisiologi kulit dapat merasakan sensasi panas, dingin, nyeri dan sentuhan, Pada pengamatan sistem peliput yang menggunakan media pada lengan digambarkan sebuah daerah yang berbentuk kotak sebanyak 20 kotak dengan panjang 2 cm lalu pada setiap kotak diberikan rangsangan dengan bulu sikat untuk merasakan adanya sentuhan, jarum untuk merasakan nyeri, paku panas untuk merasakan panas, dan paku dingin untuk merasakan dingin.
Sensasi kulit dibagian telapak tangan, menunjukan hasil bahwa tingkat sensitifitas setiap manusia berbeda-beda bahkan sensitifitas lengan dan telapak tangan seseorang juga berbeda, karena pada telapak tangan bagian kornium lebih tebal, meski secara teori ketebalan ini tidak berpengaruh besar karena telapak tangan masih mampu menerima rangsang, hanya saja sensasi yang dirasakan tidak sepeka pada lengan, berdasarkan hasil pengamatan sensasi-sensasi pada lengan jauh lebih terasa. Beberapa sensasi dibeberapa titik, tidak dapat merasakan sensasi panas, dingin, nyeri, dan sentuhan, hal ini dapat terjadi karena kulit mengalami adaptasi sensorik.


VII.          KESIMPULAN
Pada percobaan ini dapat disimpulkan :
1.                                                                       Sistem saraf terbagi menjadi sistem saraf otonom dan perifer .
2.                       sistem penglihatan, pada refleks  akomodasi mempengaruhi saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
3.                       Titik dekat mata normal berada pada jarak 25 cm. pada ketajaman penglihatan, ketika bayangan tepat dibelakang retina maka dapat dinyatakan rabun dekat. Ketika bayangan tepat di depan retina, maka dapat dinyatakan rabun jauh. Pada penglihatan Binokular, mata tertutup atau tidak daya pandang akan lebih luas dan lebih sempit.
4.                       Pada uji buta warna, terdapat titik buta, sel batang, dan sel kerucut.
5.                       Pada sistem peliput dapat disimpulkan bahwa sensasi pada lengan lebih besar dari pada telapak tangan.
















VIII.       DAFTAR PUSTAKA

Anderson, D.M., 2007. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 31St ed. Philadephia: Saunders.
Anthony, Chaterine P dan Gary A.T.1983. Anatomy and Physiology. London:                   The C.V Mosby Company.
Bagod Sujadi, Siti Laila.2006. Sains dan Kehidupan. Jakarta :
                        Yudhistira   Ghalia Indoneisa
Corwin, J.E. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC.
Daniel S Wibowo,2008.Anatomi Tubuh Manusia.Bandung: Grasindo
Evelyn C.Pearce. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT           Gramedia.
Ganong, 2009. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Graham Brown.2005.Dermatologi. Jakarta : Erlangga
Syaifuddin. 2010. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.          Jakarta: Salemba Medika.
Guyton A C. 2001. Buku ajar fisiologi kedokteran (Indera Kimia -               pengecapan dan penciuman). Penerjemah: Irawati Setiawan. Jakarta:                      Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Raudatul Jannah.2006.Segala Gangguan dan Penyakit Mata. Jakarta:                                             Geopedia The First On Publisher In Indonesia
Pearce, Evenly. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : ECG.
Sinta Murlistyarini,Suci dkk.2018.Intisari Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin.                                    Jawa Timur: UB Press
Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia: Dari sel ke sistem.
Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.






Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN MODUL 5 VISKOSITAS DAN RHEOLOGI FARMASI FISIKA

PERCOBAAN 5 VISKOSITAS DAN RHEOLOGI I.                    Tujuan Percobaan 1.1     Menerangkan arti viskositas dan rheologi 1.2     Membedakan cairan Newton dan cairan Non-Newton 1.3     Menentukan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi 1.4     Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non-Newton 1.5     Menerangkan pengaruh BJ terhadap viskositas larutan II.                 Prinsip Percobaan Menentukan viskositas gliserin, propilenglikol, sirupus simpleks dengan mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung yang menggunakkan viskometer bola jatuh pada suhu tertentu. Mengukur viskositas dan sifat aliran cairan dengan menggunakan viskometer Brookfield berdasarkan kecepatan rotasi spindel 61, 62, 63 dan 64 dari suatu cairan...

LAPORAN MODUL 1 KELARUTAN FARMASI FISIKA

Modul 1 KELARUTAN I.                    Tujuan Percobaan 1.1   Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif. 1.2   Menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat. II.                 Prinsip Percobaan Menentukan kecepatan disolusi Asam salisilat berdasarkan pengaruh pelarut campur (kosolven), penambahan surfaktan, dan pH. III.              Teori Dasar 3.1 Kelarutan Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi   zat     terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air....

LAPORAN MODUL 3 TEGANGAN PERMUKAAN FARMASI FISIKA

TEGANGAN PERMUKAAN I.          Tujuan 1.     Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan 2.     Menggunakan alat-alat untuk penentuan tegangan permukaan 3.     Menentukan tegangan permukaan dan tegangan antarmuka zat cair 4.     Menentukan harga konsentrasi Misel Kritik (KMK) II.                                Prinsip Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan me...

LAPORAN MODUL 2 STABILITA OBAT FARMASI FISIKA

Modul 2 STABILITA OBAT I.           Tujuan Percobaan 1.1   Menentukan tingkat reaksi penguraian suatu zat 1.2   Menentukan energi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat 1.3   Menentukan waktu kadaluarsa suatu zat 1.4   Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan kestabilan suatu zat 1.5   Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat II.        Prinsip Percobaan             Menentukan stabilitas larutan Indometasin dengan cara uji stabilitas dipercepat pada suhu 60 0 ,70 0 , dan 80 0 C dengan rentang waktu 10, 30, 60, 90, dan 120 menit, dan menentukan waktu kadaluarsa larutan Indometasin dengan menentukan tingkat/orde reaksi penguraian melalui metode substitusi dan metode grafik, energi aktivasi menggunakan persamaan Arrhenius , dan K pada suhu 25 0 C. III.   ...

LAPORAN MODUL 4 EMULSIFIKASI FARMASI FISIKA

EMULSIFIKASI I.                                   Tujuan Percobaan 1.       Mengetahui perhitungan jumlah emulgator surfaktan untuk pembuatan emulsi 2.       Membuat emulsi yang stabil dengan emulgator golongan surfaktan 3.       Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi 4.       Menentukan HLB butuh suatu minyak II.       Prinsip             Pembuatan emulsi dengan menggunakan variasi HLB butuh 5,7,9,11,13 dan penentuan kestabilan emulsi yang didasarkan pada penampakan fisik dari emulsi misalnya perubahan volume, warna, dan pemisahan fase dalam jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan. III.     ...