Skip to main content

MAKALAH BOTANI FARMASI

   MAKALAH 
BOTANI FARMASI
KLASIFIKASI TANAMAN DAN KHASIAT



 Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungan baik materi maupun pikirannya.
 Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata kuliah botani farmasi. Karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki, maka dalam pembuatan makalah ini kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi terutama dari media internet dan beberapa sumber lainnya.Terlaksananya penyusunan ini tak lepas dari pengawasan dan bimbingan serta kerjasama pihak lain, maka sepantasnya kami penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang yang telah berjasa dalam penulisan  ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang botani farmasi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bandung, Mei 2018

Penulis















 BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Tumbuhan sangat penting peranan dalam kehidupan didunia.  Dari aspek ekonomi, kesehatan dan budaya. Alam dan seisinya diciptakan oleh Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan hidup dari manusia (Plinus Sr).
Botani adalah ilmu tumbuh-tumbuhan, termasuk juga jamur dan alga dengan mikologi dan fikologi berada di dalam cabang ilmu botani. Istilah botani berasal dari Bahasa Yunani Kuno, βοτάνη (botane), yang berarti rerumputan atau padang penggembalaan. Penelitian tumbuhan sangat penting karena tumbuhan adalah bagian mendasar dari kehidupan di Bumi, yang menghasilkan oksigen, makanan, serat, bahan bakar, dan obat-obatan yang memungkinkan manusia dan bentuk kehidupan lainnya ada.
Melalui fotosintesis, tumbuhan menyerap karbon dioksida, selain itu tumbuhan dapat mencegah erosi tanah dan berpengaruh dalam siklus air. Peran botani sangat lah penting dalam kehidupan manusia, mempelajari botani selain mampu menambah wawasan tentang tumbuhan juga untuk memahami lebih dalam mengenai taksonomi tumbuhan, belajar morfologi dan anatomi juga cara mengidentifikasi tumbuhan yaitu tumbuhan mana saja yang berkhasiat baik bagi manusia dan tidak, mengenal fungsi tumbuhan kandungan gizi dan nutrisi dalam tumbuhan, mendalami botani membuat manusia tidak hanya sekedar mengenal nama tumbuhan tetapi mengamatinya secara nyata dan menyadarkan bahwa tumbuhan berperan tak langsung dalam kehidupan yaitu berperan dalam menjaga siklus karbon dioksida dan oksigen melalui fotosintesis.

  1. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini selain untu menambah wawasan bagi kami sebagai penulis, juga untuk memenuhi tugas mata kuliah botani farmasi, makalah ini mencakup 5 jenis tumbuhan dengan pertelaannya. Pembahasan lima jenis tanaman tersebut akan diuraikan dalam bab selanjutnya yaitu bab pembahasan.






BAB II
PEMBAHASAN

1.      Nama Ilmiah   : Sauropus androgynus (L.) Merr.
Sinonim           : Sauropus albicus BL.
         

Klasifikasi Tumbuhan
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman katuk adalah sebagai berikut :
Divisi              : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Anak Kelas     : Rosidae
Bangsa            : Euphorbiales
Suku                : Euphorbiaceae
Marga              : Sauropus
Jenis                : Sauropus androgynus (L)
Nama lain        : Katuk (Sunda) ; Katukan (Jawa) ; Kerakur (Madura) ; Simani  (Minangkabau)

A.    MORFOLOGI UMUM
Habitus : Perdu
Batang :  Macam batang berkayu, bentuk batang licin bulat bervariasi.
Daun :
Letak daun 1 bidang 2 baris (distrikea), macam daun katuk tunggal, ujung daun lancip (akutus), pangkal daun membulat (rotundus), tepi daun rata, tulang daun lurus menyirip, bentuk daun bulat telur lonjong, memiliki stipula, pada ujung tangkai daun memiliki kelenjar.
Perbungaan :
Perbungaan daun katuk adalah siantium, macam bunganya uniseksual, memilik 6 kaliks, tidak memilki korola dan periginium, memiliki tonjolan dibawah dasar bunga (diskus), jumlah stamen jantan 3, bentuk stamen bersatu, jumlah pistilium stigma bercabang 3 betina, setiap cabang memiliki 2 cuping, ovarium superus, memiliki braktea dan biji kecil, buahnya sizokarpium.

B.     HABITAT DAN TEMPAT DI TEMUKANNYA DAUN KATUK
Katuk tumbuh didataran rendah sampai dengan 120 meter diatas permukaan laut, daerah yang  terbuka atau sedikit terlindung dengan tanah yang ringan dan katuk juga dapat digunakan untuk pagar  hidup. Untuk pengembangbiakan nya dapat digunakan stek batang yang belum terlalu tua. Habitat daun katuk tumbuh liar dihutan-hutan dan ladang-ladang yang terbaik di daerah dengan ketinggian 1300 m.
Tempat ditemukannya tanaman : Kp. Nanjung 01/18 Kec. Ciwidey Kab. Bandung

C.     ASAL PENYEBARAN GEOLOGI  DAN EKOLOGI DAUN KATUK
Katuk tersebar di berbagai daerah di India, Malaysia dan Indonesia. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada tempat yang cukup air dan agak teduh, dari dataran rendah sampai dengan pegunungan. Dapat tumbuh berkelompok atau secara individu. Di Jawa katuk dapat tumbuh hingga 1300 dpl. Selain di Jawa, budidaya katuk juga ada di Kalimantan Barat Sumatera Utara, Bengkulu. Tumbuh baik pada ketinggian 5-1300 m dpl. Asal katuk tidak diketahui, tetapi terdapat di India dan Sri Langka ke Cina Selatan dan Indo-Cina dan Asia Tenggara. Setyowati (1997) melaporkan bahwa hasil pencatatan distribusi geografi pada material herbarium, penyebaran katuk di Indonesia dijumpai di Jawa (Banyuwangi, Pekalongan, Rembang, Semarang, Prwokerto, Kediri, Pasuruan, Surakarta, Bogor, Situbondo, Malang, Jepara, Tulungagung, Madiun, Pulau Bawean, Madura); Sumatera (Jambi) Palembang, Sibolangit, Padang, Lampung, Bangka, Pulau Enggano (Kalimantan) (Aramba, Natuna, Pulau Bunguran); Kepulauan Sumba (Sumbawa, Timor) dan Moluccas (Maluku, Ternate, Ambon).


D.    ZAT  KIMIA YANG ADA DALAM KATUK
Katuk kaya akan besi, provitamin A dalam bentuk β-karotin, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral. Daun katuk mengandung zat besi 9,14 mg dan vitamin C 197,5 mg. Ketersediaan biologis zat besi jika direbus adalah 0,44 mg, dikukus 0,48 mg, direbus dengan santan 0,43 mg. Depkes (1992) melaporkan bahwa pada daun katuk segar mengandung energi 59 kalori, protein 6,4 gram, lemak 1,6 gram, karbohidrat 9,9 gram, serat 1,5 gram, abu 1,7 gram, kalsium 233 mg, fosfor 98 mg, besi 3,5 mg, β-karotin 10020 µg, vitamin C 164 mg dan air 81 gram. Pada daun rebus kalori 53 kalori, protein 5,3 gram, lemak 0,9 gram, serat 1,2 gram, karbohidrat 9,1 gram, abu 1,4 gram, kalsium 185 mg, fosfor 102 mg, besi 3,1 mg, β-karotin 9000 µg, vitamin C 66 mg dan air  83,3 gram.

E.     KHASIAT KATUK DALAM PENGOBATAN
Daun Katuk memiliki khasiat diantaranya melancarkan air susu ibu (ASI), menyembuhkan bisul, demam dan darah kotor, mencegah osteoporosis (tulang keropos), menyembuhkan influenza karena kandungan zat efedrin dalam tubuh, mengobati penyakit mata, pertumbuhan sel, meningkatkan ketahanan tubuh kesehatan reproduksi, antioksidan, mengatur kolesterol, menyehatkan gusi, dan obat anti-obesitas. Tetapi dengan segudang manfaat diatas daun katuk juga memiliki efek samping, karena  daun katuk mengandung papaverina alkaloid yang juga terdapat pada candu (opium) mengkonsumsi daun katuk secara berlebihan dapat menyebabkan efek samping keracunan papaverin. Perlu di teliti lebih lanjut lagi khasiat daun katuk agar benar benar aman dikonsumsi sebagai obat.
  1. Nama latin : hot papper (inggris), phrik keenu (Thailand), cabai rawit (Indonesia).
Sinonim : Capsicum fastigiatum BI. dan Capsicum minimum Roxb
             

Klasifikasi  Tumbuhan
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut :
Kerajaan          : Plantae
Divisi              : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Anak Kelas     : Asteridae
Bangsa            : Solanales
Suku                : Solanaceae
Marga              : Capsicum
Jenis                : Capsicum frutescent (L).

A.    MORFOLOGI UMUM
1.      Habitus : tanaman perdu yang memiliki kayu, bercabang, dan tubuh dengan tegak
2.      Batang : berkayu dan memiliki struktur yang keras, berwarna hijau tua,berbentuk bulat, halus, dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setalah tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30 cm dan 45 cm. cabang batang beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang)
3.      Daun : daun tunggal. Bentuk daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata. Kedudukan daun agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip, dan tangkai tunggal yang melekat pada batang atau cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun (Cahyono, 2003).
4.      Bunga : bunga tunggal yang berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota berwarna putih. Alat kelamin jantan dan betina terletak di satu bunga sehingga termasuk bunga sempurna. Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri, namun dapat juga secara silang (Cahyono, 2003).
5.    Buah : Tanaman cabe rawit akan berbuah setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabe rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya cabe rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara  2-2,5 cm dan lebar 5 mm. sedangkan cabe rawit yang agak besar memiliki ukuran yang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm. buah tersesun dalam dompolan (cluster), daging buah umumnya lunak. Warna buah cabe rawit bervariasi buah muda berwarna hijau/putih sedangkan buah yang telah masak  berwarna merah menyala/merah jingga (merah agak kuning) pada waktu masih muda, rasa buah cabe rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas (Cahyono, 2003).
6.      Biji : Biji cabe rawit berwarna putih kekuningan-kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada empulur. Ukuran biji cabe rawit lebih kecil dibandingkan dengan biji cabe besar. Biji-biji ini dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan) (Cahyono, 2003).

B.     HABITAT DAN TEMPAT DITEMUKANNYA
Cabai rawit dapat tumbuh di dataran tiggi maupun dataran rendah. Tanaman cabai rawit dapat tumbuh didaerah kering, akan tetapi akan menghasilkan produktivitas optimal jika ditanam pada lahan yang subur banyak mengandung unsur hara, gembur,  cukup air, srta mengandung banyak humus. Cabai rawit dapat tumbuh dengan baik didaerah yang memiliki curah hujan rendah maupun tinggi dengan suhu berkisar 25-32℃.
Tempat ditemukan : Kp. Cipinang 01/13 Kec. Cimaung, Kab. Bandung.

C.   ASAL PENYEBARAN GEOLOGI DAN EKOLOGI
Plasma nutfahtanaman cabairawit berasal dari amerika selatan. Penyebaran cabai awit dari berbagai Negara terjadi padaa abad ke 14. Pada tahun 1942, penemu benua amerika (chirsthorophus colombus). Membawa biji-biji dari cabai rawit dari amerika ke spanyol. Selanjutnya pengembara portugis dan spanyol dalam perjalanan dagangnya berjasa menyebarkan biji-biji cabai rawit ke kawasaan asia.
Di india, tanaman cabai rawit mulai dikenal sesudah tahun 1542. Pada abad ke 16 penyebaran cabai rawit sudah mulai meluas ke asia tenggara, termasuk Indonesia. Sentrumen produsen cabai rawit pada mula nya terkonsentrasi di beberapa dataran tinggi di pulau jawa. Saat ini cabai rawit ditanam diberbagai daerah di Indonesia, baik dataran rendah,dataran menengah, mapun dataran tinggi (Rukmana,2002).

D.    ZAT TERKANDUNG DAN CARA
Kandungan dalam Capsicum frutescens yaitu  capsaicin. Selain capsaicin, beberapa senyawa yang terkandung dalam buah cabai rawit adalah alkaloid, flavonoid, dan sterol atau terpenoid. Biji cabai rawit mengandung beberapa senyawa golongan alkaloid yaitu solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine, serta mengandung capsacidin yang termasuk golongan steroid saponin. Dan mengandung vitamin C, B6,  A,  E, K (Alif, 2017).

E.     KEGUNAAN
Rematik Pemakaian: Cabai rawit digiling hingga halus, jeruk nipis dibelah dua, ambil airnya. Campur gilingan cabai, kapur sirih, dan perasan jeruk nipis, aduk hingga rata. Balurkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit. Lakukan hingga penyakit sembuh.
Sakit perut Pemakaian: Cuci bersih daun cabai, giling hingga halus. Tambahkan kapur sirih, aduk hingga rata. Balurkan ramuan pada bagian perut yang sakit. Lakukan pengobatan 1-2 kali saja.
Kaki dan tangan lemas (lumpuh) Pemakaian: Bersihkan semua bahan, lalu potong-potong seperlunya. Tambahkan air dan arak sama banyaknya hingga bahan-bahan terendam kira-kira 1 cm di atasnya. Ramuan tersebut dimasak dengan cara ditim. Setelah dingin, saring airnya, minum sehari dua kali, masing-masing setengah dari ramuan tersebut (Cahyono,2003)

  1. Nama Ilmiah : Apium Graveolens L.
Nama Lain : Tanaman Seledri









Klasifikasi Tumbuhan
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman seledri adalah sebagai berikut :
 
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Apiales
Famili              : Apiaceae
Genus              : Apium
Spesies            : Apium graveolens L.

A.    TEMPAT DITEMUKAN DAN HABITATNYA
Habitat Berasal dari Eropa Selatan,  dapat ditemukan di pekarangan rumah, sekarang ada dimana-mana banyak ditanam orang untuk diambil daun, akar, dan buahnya. Seledri dapat tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi, dan optimal pada ketinggian tempat 1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15-240C.  Tanaman seledri juga dapat dikembangkan pada daerah tropis seperti di Indonesia. Sebagai tanaman subtropis seledri membutuhkan sinar matahari yang cukup sekitar 8 jam/hari (Haryoto,2009:13).
Tempat ditemukan di kp.mumunggang Des/Kec.Ciwidey Kab.Bandung.

B.     PERTELAAN
1.    Akar
   Akar tanaman seledri (Apium graveolens L.) yaitu akar tunggang dan memiliki serabut akar yang menyebar kesamping dengan radius sekitar 5-9 cm dari pangkal batang dan akar dapat menembus tanah sampai kedalaman 30 cm, berwarna putih kotor (Haryoto, 2009 : 14). 
2.      Batang
Batang Seledri (Apium graveolens L.) memiliki batang tidak berkayu, memiliki bentuk bersegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak, dan berwarna hijau.
3.      Daun
Daun tanaman seledri (Apium graveolens L.) daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai, anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm tangkai daun berwarna hijau keputih- putihan, helaian daun tipis dan rapat pangkal dan ujung daun runcing, tepi daun beringgit, panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan daun menyirip, daun berwarna hijau muda sampai hijau tua.
4.      Bunga
Bunga tanaman seledri (Apium graveolens L.) adalah bunga majemuk berbentuk payung berjumlah 8-12 buah kecil-kecil berwarna putih tumbuh dipucuk tanaman tua. Pada setiap ketiak daun dapat tumbuh sekitar 3-8 tangkai bunga, pada ujung tangkai bunga ini membetuk bulatan. Setelah bunga dibuahi akan terbentuk bulatan kecil hijau sebagai buah muda, setelah tua buah berubah warna menjadi coklat muda (Haryoto, 2009:14). 
5.        Buah
Buah tanaman seledri berbentuk bulatan kecil hijau sebagai buah muda, setelah tua buah berubah warna menjadi coklat muda.

C.     ASAL DAN PENYEBARAN GEOGRAFI
Seledri (Apium graveolens L.) termasuk salah satu jenis sayuran daerah subtropis yang beriklim dingin. Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 0-1 200 mdpl, udara sejuk dengan kelembapan antara 80%-90% serta cukup mendapat sinar matahari. Tanaman ini banyak ditanam di dataran tinggi seperti
Jawa Barat.

D.    KEGUNAAN DAN CARA PEMAKAIAN
1.      Menyembuhkan Hipertensi
Cara I: 20 tangkai seledri dicuci, dilumatkan. Beri sedikit air masak. Peras. Minum airnya 2 sendok makan 3x sehari. Lakukan dengan teratur selama 3 hari.
Cara II: 15 batang seledri dicuci, direbus dengan 2 gelas air sampai airnya tinggal 3/4-nya. Hasil rebusan ini diminum separuh pagi, separuh malam.
2.      Menyembuhkan  Rematik i: 1 tangkai seledri dicuci, dilalap mentah setiap kali makan.
3.      Menyuburkan:
Lima tangkai seledri dilumatkan, diberi air 3 sendok makan. Peras. Air perasannya dioleskan pada kulit kepala. Lakukan setiap hari.
4.      Menghilangkan Minyak Pada Wajah:
Tiga batang seledri dicuci, diiris kecil-kecil. Seduh dan tutupi. Biarkan dingin, lalu simpan di lemari es. Menjelang tidur malam, oleskan sari seledri ke wajah yang sudah bersih. Setelah kering baru muka dibilas. Lakukan dengan teratur.
5.      Menyembuhkan Asma:
3 tangkai seledri, 9 daun randu/kapuk dicuci, dilumatkan. Beri gela aren, sedikit garam dan 1/2 gelas air. Aduk rata, saring. Diminum sebelum sarapan 3 hari berturut-turut.

E.     KANDUNGAN KIMIA
Seluruh herba seledri mengandung glikosoda apiin (glikosida flavon),isoquersetin, dan umbeliferon. Juga mengandung mannite, inosite,asparagine,glutamine, choline, linamarose, pro-vitamin A, vitamin C, dan B. Kandunganasam-asam dalam minyak atsiri pada bji antara lain asam-asam resin, asam-asamlemak terutama palmitat, oleat, linoleat, dan proteselinat. Senyawa kumarin lainditemukan dalam biji yaitu bergapten, seselin, isomperatorin, osthenol, dan isopimpilenin (Agoes, 2010:78)

  1. Nama ilmiah      : Nephelium lappaceum L
Nama Indonesia : Rambutan
Nama  Daerah    : Corogol, Tundun, Rambot, Rambut



















Klasifikasi Tumbuhan
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman rambutan adalah sebagai berikut :

Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta
Divisi              : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Sapindales
Famili              : Sapindaceae
Genus              : Nephelium
Spesies            : Nephelium lappaceum L.

A.    MORFOLOGI UMUM
Tinggi pohon 15-25 m ini mempunyai banyak cabang. Daun majemuk menyirip letaknya bersilangan, dengan anak daun 2–4 pasang. Helaian daun bulat lonjong, panjang 7,5–20 cm, lebar 3,5–8,5 cm, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, tangkai silindris, warnanya hijau. Bunga tersusun pada tandan di ujung ranting, harum, bentuknya kecil, warnanya hijau muda. Bunga jantan dan bunga betina tumbuh terpisah dalam satu pohon. Buah bentuknya bulat lonjong, panjang 4–5 cm, dengan duri tempel yang bengkok. Kulit buahnya berwarna hijau, menjadi kuning atau merah kalau sudah matang. Dinding buah tebal. Biji bentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air. Kulit biji tipis berkayu

B.     ASAL DAN PENYEBARAN GEOGRAFI
Rambutan merupakan tanaman asli kepulauan Asia Tenggara, mencakup Indonesia dan Malaysia. Dari kawasan ini menyebar ke negara tetangganya seperti Thailand, Vietnam dan Filipina. Di luar Asia Tenggara rambutan ditanam di Australia, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, Kepulauan Hawaii, Florida, India dan Srilangka. Rambutan mulai menyebar hamper ke seluruh dunia pada abad ke-20, terutama ke daerah Australia, Afrika dan Amerika yang mempunyai iklim tropis. Tanaman rambutan yang ada di Thailand dibawa dari Malaysia sekitar 100 tahun yang lalu. Sedangkan di Filipina, rambutan mulai diperkenalkan sejak pada tahun 1913-1914 dari biji asal Indonesia. Pada tahun 1939 tercatat biji rambutan dari Jakarta dengan nama populer Maharlika dibawa ke Filipina. Hingga saat ini tanaman ini menjadi induk bagi rambutan yang dikembangkan secara komersial di Filipina.

C.     HABITAT DAN TEMPAT DIKETEMUKAN YANG TEPAT DAN EKOLOGI
Rambutan merupakan tanaman tropis, suhu untuk tanaman ini diantara 22-35ºC dengan curah hujan 2000-3000 mm per tahun, jadi tumbuhan ini memerlukan iklim yang lembap. Tanaman ini relative tahan pada lahan gambut yang masam dan tanah lactosol cokelat dengan pH 4-6,5. Pohon rambutan tidak tahan terhadap suhu dingin, pada suhu kurang dari 4°C tanaman ini tidak akan bertahan lama. Kalaupun bertahan pasti mengalami kerusakan yang parah.
Habitat yang cocok untuk tanaman ini adalah dataran rendah daerah tropis dengan ketinggian sekitar 30-500 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian lahan kurang dari 30 meter produksi buah kurang baik. Tipe tanah yang baik untuk tumbuhan rambutan ialah tanah latosol kuning. Untuk merangsang perbungaan dapat dilakukan pada musim kemarau antara 3-4 bulan. Jika saat tumbuhan sedang berbunga turun hujan yang lama dapat menyebabkan banyak bunga berguguran dan dapat menyababkan serangan penyakit mildu tepung (Oidium sp.). Bila kemarau berkepanjangan, buah menjadi kurang berisi dan biji nya tidak dapat berkembang. Namun tanaman ini masih bias tumbuh pada tanah ang kurang subur dan drainase yang kurang baik, asalkan bukan tanah tergenang.

D.    KEGUNAAN, TERMASUK CARA PEMAKAIAN
Kulit buah rambutan digunakan untuk mengatasi :
Disentri. Cara pemakaiannya yaitu, cuci kulit buah rambutan (10 buah), potong-potong seperlunya. Tambahkan tiga gelas minum air bersih, lalu rebus sampai airnya tersisa setengahnya. Setelah dingin, saring dan minum sehari dua kali, masingmasing tiga perempat gelas.
Demam. Cara pemakaiannya yaitu, cuci kulit buah rambutan yang telah dikeringkan (15 g). Tambahkan tiga gelas air bersih, lalu rebus sampai mendidih selama 15 menit. Setelah dingin, saring dan minum tiga kali sehari, masing-masing sepertiga bagian.
Kulit kayu rambutan digunakan untuk mengatasi :
Sariawan. Cara pemakaiannya yaitu, cuci kulit kayu rambutan (tiga ruas jari), lalu rebus dengan dua gelas air bersih sampai tersisa satu gelas. Gunakan untuk berkumur selagi hangat.
Daun rambutan digunakan untuk mengatasi :
Menghitamkan rambut. Cara pemakainnya yaitu, cuci daun rambutan secukupnya, lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan sedikit air sambil diaduk merata sampai menjadi adonan seperti bubur. Peras dan saring dengan sepotong kain. Gunakan air yang terkumpul untuk membasahi rambut kepala. Lakukan setiap hari sampai terlihat hasilnya.
Biji rambutan digunakan untuk mengatasi :
Kencing manis. Cara pemakainnya yaitu, gongseng biji rambutan (lima biji), lalu giling sampai menjadi serbuk. Seduh dengan satu cangkir air panas. Setelah dingin, minum airnya sekaligus. Lakukan 1–2 kali sehari.

E.     KANDUNGAN KIMIA
Buah rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium, dan vitamin C. Kulit buah mengandung tanin dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tanin dan saponin. Kulit batang mengandung tanin, saponin, flavonoida, pectic substances, dan zat besi.



























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tumbuhan memiliki segudang manfaat maka erat kaitannya dengan ilmu farmasi dalam dunia pengobatan mempelajari morfologi dan anatomi tumbuhan dapat membedakan mana tumbuhan yang berkhasiat dan dapat dijadikan obat. Adanya mata kuliah botani farmasi merupakan botani terapan, membahas keterkaitan tumbuhan berkhasiat yang digunakan sebagai obat, menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dan atau sebagainya. Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar mahasiswa dapat memahami dasar-dasar pengetahuan yang diperlukan untuk mengetahui dan membandingkan Struktur morfologi  dan anatomi pada kasifikasi tumbuhan tertentu terutama yang berpotensi penting dalam dunia farmasi.

Daftar Pustaka

Alif, S.M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Rawit. YOGYAKARTA:
Agrios GN. 2005. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press Bio Genesis
Cronquis, A. 1981. An Integrated System Ofclassification Of Flowering Plants.     New york: Columbia University press
Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya Dan Analisa Usaha Tani. Yogyakarta:
Kanisius
Depkes RI. 1992.Undang-Undang Kesehatan. Jakarta : Depkes RI. (google/ebook)
Dwi Purwanti, dkk.2015.Makalah Botani Farmasi.
(google/web) sidfirman82.blogspot.co.id (diakses Mei 2018)
Farid Ismail.2012.Botani Farmasi. (google/web ebook)
Heironymus, B S.2008.Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta : PT Agromedia
            Pustaka (google/ebook)
Rukmana, R. 2002.  Usaha Tani Tanam Cabai. Yogyakarta: Kanisius
Rahmat, R. 2002. Rambutan Komoditas Unggulan & Prospek Agribisnis.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rismunandar. 1983. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan
Bandung : Sinar Baru 
Setiawan, D. 2005. Tanaman obat di lingkungan sekitar. Niaga Swadaya.
Setiyowati, F M.1997.Arti Katuk bagi Masyarakat. Yogyakarta : Kanisius
Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A.,
Drajad, M.,  Wibowo, S., dan Ngatidjan, 1996,
Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, 44-52,  Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM, Yogyakarta.
Wildan Pratama. 2014. Botani Farmasi. Dalam blog           
pratamaaaw.blogspot.co.id (google/web)





Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN MODUL 5 VISKOSITAS DAN RHEOLOGI FARMASI FISIKA

PERCOBAAN 5 VISKOSITAS DAN RHEOLOGI I.                    Tujuan Percobaan 1.1     Menerangkan arti viskositas dan rheologi 1.2     Membedakan cairan Newton dan cairan Non-Newton 1.3     Menentukan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi 1.4     Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non-Newton 1.5     Menerangkan pengaruh BJ terhadap viskositas larutan II.                 Prinsip Percobaan Menentukan viskositas gliserin, propilenglikol, sirupus simpleks dengan mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung yang menggunakkan viskometer bola jatuh pada suhu tertentu. Mengukur viskositas dan sifat aliran cairan dengan menggunakan viskometer Brookfield berdasarkan kecepatan rotasi spindel 61, 62, 63 dan 64 dari suatu cairan...

LAPORAN MODUL 1 KELARUTAN FARMASI FISIKA

Modul 1 KELARUTAN I.                    Tujuan Percobaan 1.1   Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif. 1.2   Menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat. II.                 Prinsip Percobaan Menentukan kecepatan disolusi Asam salisilat berdasarkan pengaruh pelarut campur (kosolven), penambahan surfaktan, dan pH. III.              Teori Dasar 3.1 Kelarutan Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi   zat     terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air....

LAPORAN MODUL 3 TEGANGAN PERMUKAAN FARMASI FISIKA

TEGANGAN PERMUKAAN I.          Tujuan 1.     Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan 2.     Menggunakan alat-alat untuk penentuan tegangan permukaan 3.     Menentukan tegangan permukaan dan tegangan antarmuka zat cair 4.     Menentukan harga konsentrasi Misel Kritik (KMK) II.                                Prinsip Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan me...

LAPORAN MODUL 2 STABILITA OBAT FARMASI FISIKA

Modul 2 STABILITA OBAT I.           Tujuan Percobaan 1.1   Menentukan tingkat reaksi penguraian suatu zat 1.2   Menentukan energi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat 1.3   Menentukan waktu kadaluarsa suatu zat 1.4   Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan kestabilan suatu zat 1.5   Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat II.        Prinsip Percobaan             Menentukan stabilitas larutan Indometasin dengan cara uji stabilitas dipercepat pada suhu 60 0 ,70 0 , dan 80 0 C dengan rentang waktu 10, 30, 60, 90, dan 120 menit, dan menentukan waktu kadaluarsa larutan Indometasin dengan menentukan tingkat/orde reaksi penguraian melalui metode substitusi dan metode grafik, energi aktivasi menggunakan persamaan Arrhenius , dan K pada suhu 25 0 C. III.   ...

LAPORAN MODUL 4 EMULSIFIKASI FARMASI FISIKA

EMULSIFIKASI I.                                   Tujuan Percobaan 1.       Mengetahui perhitungan jumlah emulgator surfaktan untuk pembuatan emulsi 2.       Membuat emulsi yang stabil dengan emulgator golongan surfaktan 3.       Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi 4.       Menentukan HLB butuh suatu minyak II.       Prinsip             Pembuatan emulsi dengan menggunakan variasi HLB butuh 5,7,9,11,13 dan penentuan kestabilan emulsi yang didasarkan pada penampakan fisik dari emulsi misalnya perubahan volume, warna, dan pemisahan fase dalam jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan. III.     ...