MAKALAH
BOTANI FARMASI
KLASIFIKASI TANAMAN DAN KHASIAT
Kata
Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNYA sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan dukungan baik materi maupun pikirannya.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata kuliah botani farmasi. Karena
keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki, maka dalam pembuatan makalah
ini kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi terutama
dari media internet dan beberapa sumber lainnya.Terlaksananya penyusunan ini tak lepas dari pengawasan dan bimbingan serta
kerjasama pihak lain, maka sepantasnya kami penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada orang yang telah berjasa dalam penulisan ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang botani
farmasi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bandung, Mei 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Tumbuhan sangat penting peranan dalam kehidupan
didunia. Dari aspek ekonomi, kesehatan dan budaya. Alam dan seisinya
diciptakan oleh Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan hidup dari manusia (Plinus
Sr).
Botani adalah ilmu tumbuh-tumbuhan,
termasuk juga jamur dan alga dengan mikologi dan fikologi berada di dalam
cabang ilmu botani. Istilah botani berasal dari Bahasa Yunani Kuno, βοτάνη (botane),
yang berarti rerumputan atau padang penggembalaan. Penelitian tumbuhan sangat
penting karena tumbuhan adalah bagian mendasar dari kehidupan di Bumi, yang
menghasilkan oksigen, makanan, serat, bahan bakar, dan obat-obatan yang
memungkinkan manusia dan bentuk kehidupan lainnya ada.
Melalui fotosintesis, tumbuhan menyerap karbon dioksida,
selain itu tumbuhan dapat mencegah erosi tanah dan berpengaruh dalam siklus
air. Peran botani sangat lah penting dalam kehidupan manusia, mempelajari
botani selain mampu menambah wawasan tentang tumbuhan juga untuk memahami lebih
dalam mengenai taksonomi tumbuhan, belajar morfologi dan anatomi juga cara
mengidentifikasi tumbuhan yaitu tumbuhan mana saja yang berkhasiat baik bagi
manusia dan tidak, mengenal fungsi tumbuhan kandungan gizi dan nutrisi dalam
tumbuhan, mendalami botani membuat manusia tidak hanya sekedar mengenal nama
tumbuhan tetapi mengamatinya secara nyata dan menyadarkan bahwa tumbuhan berperan
tak langsung dalam kehidupan yaitu berperan dalam menjaga siklus karbon
dioksida dan oksigen melalui fotosintesis.
- Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini selain untu menambah wawasan
bagi kami sebagai penulis, juga untuk memenuhi tugas mata kuliah botani
farmasi, makalah ini mencakup 5 jenis tumbuhan dengan pertelaannya. Pembahasan
lima jenis tanaman tersebut akan diuraikan dalam bab selanjutnya yaitu bab
pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Nama Ilmiah : Sauropus androgynus (L.) Merr.
Sinonim : Sauropus albicus BL.


Klasifikasi Tumbuhan
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi
tanaman katuk adalah sebagai berikut
:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Anak Kelas : Rosidae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Sauropus
Jenis : Sauropus androgynus (L)
Nama lain :
Katuk (Sunda) ; Katukan (Jawa) ; Kerakur (Madura) ; Simani (Minangkabau)
A.
MORFOLOGI UMUM
Habitus : Perdu
Batang : Macam batang
berkayu, bentuk batang licin bulat bervariasi.
Daun :
Letak daun 1 bidang 2 baris (distrikea), macam daun katuk
tunggal, ujung daun lancip (akutus), pangkal daun membulat (rotundus), tepi
daun rata, tulang daun lurus menyirip, bentuk daun bulat telur lonjong,
memiliki stipula, pada ujung tangkai daun memiliki kelenjar.
Perbungaan :
Perbungaan
daun katuk adalah siantium, macam bunganya uniseksual, memilik 6 kaliks, tidak
memilki korola dan periginium, memiliki tonjolan dibawah dasar bunga (diskus),
jumlah stamen jantan 3, bentuk stamen bersatu, jumlah pistilium stigma
bercabang 3 betina, setiap cabang memiliki 2 cuping, ovarium superus, memiliki
braktea dan biji kecil, buahnya sizokarpium.
B.
HABITAT DAN TEMPAT DI TEMUKANNYA DAUN
KATUK
Katuk tumbuh
didataran rendah sampai dengan 120 meter diatas permukaan laut, daerah
yang terbuka atau sedikit terlindung
dengan tanah yang ringan dan katuk juga dapat digunakan untuk pagar hidup. Untuk pengembangbiakan nya dapat
digunakan stek batang yang belum terlalu tua. Habitat daun katuk tumbuh liar
dihutan-hutan dan ladang-ladang yang terbaik di daerah dengan ketinggian 1300 m.
Tempat
ditemukannya tanaman : Kp. Nanjung 01/18 Kec. Ciwidey Kab. Bandung
C. ASAL PENYEBARAN GEOLOGI DAN EKOLOGI DAUN KATUK
Katuk tersebar di berbagai daerah di India, Malaysia dan Indonesia. Tumbuhan ini dapat
tumbuh pada tempat yang cukup air dan agak teduh, dari dataran rendah sampai
dengan pegunungan. Dapat tumbuh berkelompok atau secara individu. Di Jawa katuk
dapat tumbuh hingga 1300 dpl. Selain di Jawa, budidaya katuk juga ada di
Kalimantan Barat Sumatera Utara, Bengkulu. Tumbuh baik pada ketinggian 5-1300 m
dpl. Asal katuk tidak diketahui, tetapi terdapat di India dan Sri Langka ke
Cina Selatan dan Indo-Cina dan Asia Tenggara. Setyowati (1997) melaporkan bahwa
hasil pencatatan distribusi geografi pada material herbarium, penyebaran katuk
di Indonesia dijumpai di Jawa (Banyuwangi, Pekalongan, Rembang, Semarang,
Prwokerto, Kediri, Pasuruan, Surakarta, Bogor, Situbondo, Malang, Jepara,
Tulungagung, Madiun, Pulau Bawean, Madura); Sumatera (Jambi) Palembang,
Sibolangit, Padang, Lampung, Bangka, Pulau Enggano (Kalimantan) (Aramba,
Natuna, Pulau Bunguran); Kepulauan Sumba (Sumbawa, Timor) dan Moluccas (Maluku,
Ternate, Ambon).
D.
ZAT
KIMIA YANG ADA DALAM KATUK
Katuk kaya akan besi,
provitamin A dalam bentuk β-karotin, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral. Daun katuk mengandung
zat besi 9,14 mg dan vitamin C 197,5 mg. Ketersediaan biologis zat besi jika
direbus adalah 0,44 mg, dikukus 0,48 mg, direbus dengan santan 0,43 mg. Depkes
(1992) melaporkan bahwa pada daun katuk segar mengandung energi 59 kalori,
protein 6,4 gram, lemak 1,6 gram, karbohidrat 9,9 gram, serat 1,5 gram, abu 1,7
gram, kalsium 233 mg, fosfor 98 mg, besi 3,5 mg, β-karotin 10020 µg, vitamin C
164 mg dan air 81 gram. Pada daun rebus kalori 53 kalori, protein 5,3 gram,
lemak 0,9 gram, serat 1,2 gram, karbohidrat 9,1 gram, abu 1,4 gram, kalsium 185
mg, fosfor 102 mg, besi 3,1 mg, β-karotin 9000 µg, vitamin C 66 mg dan air 83,3 gram.
E.
KHASIAT KATUK DALAM PENGOBATAN
Daun Katuk
memiliki khasiat diantaranya melancarkan air susu ibu (ASI), menyembuhkan
bisul, demam dan darah kotor, mencegah osteoporosis (tulang keropos),
menyembuhkan influenza karena kandungan zat efedrin dalam tubuh, mengobati
penyakit mata, pertumbuhan sel, meningkatkan ketahanan tubuh kesehatan
reproduksi, antioksidan, mengatur kolesterol, menyehatkan gusi, dan obat
anti-obesitas. Tetapi dengan segudang manfaat diatas daun katuk juga memiliki
efek samping, karena daun katuk
mengandung papaverina alkaloid yang juga terdapat pada candu (opium)
mengkonsumsi daun katuk secara berlebihan dapat menyebabkan efek samping
keracunan papaverin. Perlu di teliti lebih lanjut lagi khasiat daun katuk agar
benar benar aman dikonsumsi sebagai obat.
- Nama latin : hot papper (inggris), phrik keenu (Thailand), cabai rawit (Indonesia).
Sinonim : Capsicum
fastigiatum BI. dan Capsicum minimum Roxb


Klasifikasi Tumbuhan
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi
tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut :
Kerajaan :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Anak Kelas :
Asteridae
Bangsa :
Solanales
Suku :
Solanaceae
Marga :
Capsicum
Jenis :
Capsicum frutescent (L).
A.
MORFOLOGI
UMUM
1. Habitus : tanaman perdu yang memiliki kayu, bercabang, dan tubuh dengan
tegak
2.
Batang :
berkayu dan memiliki struktur yang keras, berwarna hijau tua,berbentuk
bulat, halus, dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat.
Percabangan terbentuk setalah tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30 cm
dan 45 cm. cabang batang beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas
(cabang)
3.
Daun : daun tunggal. Bentuk daunnya berbentuk
bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata. Kedudukan daun agak
mendatar, memiliki tulang daun menyirip, dan tangkai tunggal yang melekat pada
batang atau cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun
(Cahyono, 2003).
4.
Bunga : bunga tunggal yang berbentuk bintang.
Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota berwarna putih. Alat
kelamin jantan dan betina terletak di satu bunga sehingga termasuk bunga
sempurna. Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri, namun dapat juga
secara silang (Cahyono, 2003).
5. Buah : Tanaman cabe rawit akan
berbuah setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran,
bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabe rawit dapat berbentuk bulat pendek
dengan ujung runcing/berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut
jenisnya cabe rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 2-2,5
cm dan lebar 5 mm. sedangkan cabe rawit yang agak besar memiliki ukuran yang
mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm. buah tersesun dalam dompolan
(cluster), daging buah umumnya lunak. Warna buah cabe rawit bervariasi buah
muda berwarna hijau/putih sedangkan buah yang telah masak berwarna merah
menyala/merah jingga (merah agak kuning) pada waktu masih muda, rasa buah cabe
rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas (Cahyono, 2003).
6.
Biji : Biji cabe rawit berwarna putih
kekuningan-kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun berkelompok (bergerombol)
dan saling melekat pada empulur. Ukuran biji cabe rawit lebih kecil
dibandingkan dengan biji cabe besar. Biji-biji ini dapat digunakan dalam
perbanyakan tanaman (perkembangbiakan) (Cahyono, 2003).
B. HABITAT
DAN TEMPAT DITEMUKANNYA
Cabai
rawit dapat tumbuh di dataran tiggi maupun dataran rendah. Tanaman cabai rawit
dapat tumbuh didaerah kering, akan tetapi akan menghasilkan produktivitas
optimal jika ditanam pada lahan yang subur banyak mengandung unsur hara,
gembur, cukup air, srta mengandung
banyak humus. Cabai rawit dapat tumbuh dengan baik didaerah yang memiliki curah
hujan rendah maupun tinggi dengan suhu berkisar 25-32℃.
Tempat ditemukan : Kp. Cipinang 01/13 Kec. Cimaung, Kab. Bandung.
C.
ASAL PENYEBARAN GEOLOGI DAN EKOLOGI
Plasma
nutfahtanaman cabairawit berasal dari amerika selatan. Penyebaran cabai awit
dari berbagai Negara terjadi padaa abad ke 14. Pada tahun 1942, penemu benua
amerika (chirsthorophus colombus). Membawa biji-biji dari cabai rawit dari
amerika ke spanyol. Selanjutnya pengembara portugis dan spanyol dalam
perjalanan dagangnya berjasa menyebarkan biji-biji cabai rawit ke kawasaan
asia.
Di india, tanaman
cabai rawit mulai dikenal sesudah tahun 1542. Pada abad ke 16 penyebaran cabai
rawit sudah mulai meluas ke asia tenggara, termasuk Indonesia. Sentrumen produsen cabai rawit pada mula nya
terkonsentrasi di beberapa dataran tinggi di pulau jawa. Saat ini cabai rawit
ditanam diberbagai daerah di Indonesia, baik dataran rendah,dataran menengah,
mapun dataran tinggi (Rukmana,2002).
D. ZAT
TERKANDUNG DAN CARA
Kandungan
dalam Capsicum frutescens yaitu
capsaicin. Selain capsaicin,
beberapa senyawa yang terkandung dalam buah cabai rawit adalah alkaloid,
flavonoid, dan sterol atau terpenoid. Biji cabai rawit mengandung beberapa
senyawa golongan alkaloid yaitu solanine, solamidine, solamargine, solasodine,
solasomine, serta mengandung capsacidin yang termasuk golongan steroid saponin.
Dan mengandung vitamin C, B6, A, E, K (Alif, 2017).
E. KEGUNAAN
Rematik Pemakaian: Cabai rawit digiling hingga halus, jeruk nipis
dibelah dua, ambil airnya. Campur gilingan cabai, kapur sirih, dan perasan
jeruk nipis, aduk hingga rata. Balurkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang
sakit. Lakukan hingga penyakit sembuh.
Sakit perut Pemakaian: Cuci bersih daun cabai, giling hingga halus.
Tambahkan kapur sirih, aduk hingga rata. Balurkan ramuan pada bagian perut yang
sakit. Lakukan pengobatan 1-2 kali saja.
Kaki dan tangan lemas
(lumpuh) Pemakaian: Bersihkan semua
bahan, lalu potong-potong seperlunya. Tambahkan air dan arak sama banyaknya
hingga bahan-bahan terendam kira-kira 1 cm di atasnya. Ramuan tersebut dimasak
dengan cara ditim. Setelah dingin, saring airnya, minum sehari dua kali,
masing-masing setengah dari ramuan tersebut (Cahyono,2003)
- Nama Ilmiah : Apium Graveolens L.
Nama Lain : Tanaman Seledri
![]() |
![]() |
Klasifikasi
Tumbuhan
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi
tanaman seledri adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
A. TEMPAT
DITEMUKAN DAN HABITATNYA
Habitat Berasal
dari Eropa Selatan, dapat ditemukan di
pekarangan rumah, sekarang ada dimana-mana banyak ditanam orang untuk diambil
daun, akar, dan buahnya.
Seledri dapat tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi, dan optimal pada
ketinggian tempat 1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15-240C. Tanaman seledri juga dapat dikembangkan pada
daerah tropis seperti di Indonesia. Sebagai tanaman subtropis seledri membutuhkan
sinar matahari yang cukup sekitar 8 jam/hari (Haryoto,2009:13).
Tempat ditemukan di kp.mumunggang Des/Kec.Ciwidey
Kab.Bandung.
B. PERTELAAN
1.
Akar
Akar tanaman seledri (Apium graveolens L.) yaitu akar tunggang dan memiliki serabut akar
yang menyebar kesamping dengan radius sekitar 5-9 cm dari pangkal batang dan
akar dapat menembus tanah sampai kedalaman 30 cm, berwarna putih kotor
(Haryoto, 2009 : 14).
2. Batang
Batang Seledri (Apium
graveolens L.) memiliki batang tidak berkayu, memiliki bentuk bersegi,
beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak, dan berwarna hijau.
3. Daun
Daun tanaman
seledri (Apium graveolens L.) daun
majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai, anak daun bertangkai yang
panjangnya 1-2,7 cm tangkai daun berwarna hijau keputih- putihan, helaian daun
tipis dan rapat pangkal dan ujung daun runcing, tepi daun beringgit, panjang
2-7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan daun menyirip, daun berwarna hijau muda
sampai hijau tua.
4. Bunga
Bunga tanaman
seledri (Apium graveolens L.) adalah
bunga majemuk berbentuk payung berjumlah 8-12 buah kecil-kecil berwarna putih
tumbuh dipucuk tanaman tua. Pada setiap ketiak daun dapat tumbuh sekitar 3-8
tangkai bunga, pada ujung tangkai bunga ini membetuk bulatan. Setelah bunga
dibuahi akan terbentuk bulatan kecil hijau sebagai buah muda, setelah tua buah
berubah warna menjadi coklat muda (Haryoto, 2009:14).
5. Buah
Buah tanaman
seledri berbentuk bulatan kecil hijau sebagai buah muda, setelah tua buah
berubah warna menjadi coklat muda.
C. ASAL
DAN PENYEBARAN GEOGRAFI
Seledri (Apium
graveolens L.) termasuk salah satu jenis sayuran daerah subtropis yang beriklim
dingin. Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah yang memiliki ketinggian
tempat antara 0-1 200 mdpl, udara sejuk dengan kelembapan antara 80%-90% serta
cukup mendapat sinar matahari. Tanaman ini banyak ditanam di dataran tinggi
seperti
Jawa Barat.
D. KEGUNAAN
DAN CARA PEMAKAIAN
1. Menyembuhkan
Hipertensi
Cara I: 20 tangkai seledri dicuci,
dilumatkan. Beri sedikit air masak. Peras. Minum airnya 2 sendok makan 3x
sehari. Lakukan dengan teratur selama 3 hari.
Cara II: 15 batang seledri dicuci, direbus
dengan 2 gelas air sampai airnya tinggal 3/4-nya. Hasil rebusan ini diminum
separuh pagi, separuh malam.
2.
Menyembuhkan
Rematik i: 1 tangkai seledri dicuci, dilalap mentah setiap kali makan.
3.
Menyuburkan:
Lima
tangkai seledri dilumatkan, diberi air 3 sendok makan. Peras. Air perasannya
dioleskan pada kulit kepala. Lakukan setiap hari.
4.
Menghilangkan
Minyak Pada Wajah:
Tiga
batang seledri dicuci, diiris kecil-kecil. Seduh dan tutupi. Biarkan dingin,
lalu simpan di lemari es. Menjelang tidur malam, oleskan sari seledri ke wajah
yang sudah bersih. Setelah kering baru muka dibilas. Lakukan dengan teratur.
5.
Menyembuhkan
Asma:
3 tangkai seledri,
9 daun randu/kapuk dicuci, dilumatkan. Beri gela aren, sedikit garam dan 1/2
gelas air. Aduk rata, saring. Diminum sebelum sarapan 3 hari berturut-turut.
E. KANDUNGAN KIMIA
Seluruh herba seledri mengandung glikosoda apiin (glikosida
flavon),isoquersetin, dan umbeliferon. Juga mengandung mannite,
inosite,asparagine,glutamine, choline, linamarose, pro-vitamin A, vitamin C,
dan B. Kandunganasam-asam dalam minyak atsiri pada bji antara lain asam-asam
resin, asam-asamlemak terutama palmitat, oleat, linoleat, dan proteselinat. Senyawa
kumarin lainditemukan dalam biji yaitu bergapten, seselin, isomperatorin,
osthenol, dan isopimpilenin (Agoes, 2010:78)
- Nama ilmiah : Nephelium lappaceum L
Nama
Indonesia : Rambutan
Nama
Daerah : Corogol, Tundun,
Rambot, Rambut

Klasifikasi
Tumbuhan
Menurut Cronquist (1981), klasifikasi
tanaman rambutan adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Sapindales
Famili
: Sapindaceae
Genus
: Nephelium
Spesies
: Nephelium lappaceum L.
A. MORFOLOGI UMUM
Tinggi pohon 15-25 m ini mempunyai banyak cabang.
Daun majemuk menyirip letaknya bersilangan, dengan anak daun 2–4 pasang. Helaian daun bulat lonjong, panjang 7,5–20 cm,
lebar 3,5–8,5 cm, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip,
tangkai silindris, warnanya hijau. Bunga tersusun pada tandan di ujung ranting,
harum, bentuknya kecil, warnanya hijau muda. Bunga jantan dan bunga betina
tumbuh terpisah dalam satu pohon. Buah bentuknya bulat lonjong, panjang 4–5 cm,
dengan duri tempel yang bengkok. Kulit buahnya berwarna hijau, menjadi kuning
atau merah kalau sudah matang. Dinding buah tebal. Biji bentuk elips,
terbungkus daging buah berwarna putih transparan yang dapat dimakan dan banyak
mengandung air. Kulit biji tipis berkayu
B.
ASAL DAN PENYEBARAN GEOGRAFI
Rambutan merupakan tanaman asli
kepulauan Asia Tenggara, mencakup Indonesia dan Malaysia. Dari kawasan ini
menyebar ke negara tetangganya seperti Thailand, Vietnam dan Filipina. Di luar
Asia Tenggara rambutan ditanam di Australia, Amerika Selatan, Amerika Tengah,
Kepulauan Karibia, Kepulauan Hawaii, Florida, India dan Srilangka. Rambutan
mulai menyebar hamper ke seluruh dunia pada abad ke-20, terutama ke daerah
Australia, Afrika dan Amerika yang mempunyai iklim tropis. Tanaman rambutan
yang ada di Thailand dibawa dari Malaysia sekitar 100 tahun yang lalu.
Sedangkan di Filipina, rambutan mulai diperkenalkan sejak pada tahun 1913-1914
dari biji asal Indonesia. Pada tahun 1939 tercatat biji rambutan dari Jakarta
dengan nama populer Maharlika dibawa ke Filipina. Hingga saat ini tanaman ini
menjadi induk bagi rambutan yang dikembangkan secara komersial di Filipina.
C.
HABITAT DAN TEMPAT DIKETEMUKAN YANG TEPAT DAN EKOLOGI
Rambutan merupakan
tanaman tropis, suhu untuk tanaman ini diantara 22-35ºC dengan curah hujan 2000-3000 mm per tahun, jadi tumbuhan ini
memerlukan iklim yang lembap. Tanaman ini relative tahan pada
lahan gambut yang masam dan tanah lactosol cokelat dengan pH 4-6,5. Pohon
rambutan tidak tahan terhadap suhu dingin, pada suhu kurang dari 4°C tanaman
ini tidak akan bertahan lama. Kalaupun bertahan pasti mengalami kerusakan yang
parah.
Habitat yang cocok untuk tanaman
ini adalah dataran rendah daerah tropis dengan ketinggian sekitar 30-500 meter
di atas permukaan laut. Pada ketinggian lahan kurang dari 30
meter produksi buah kurang baik. Tipe tanah yang baik untuk tumbuhan
rambutan ialah tanah latosol kuning. Untuk merangsang perbungaan dapat
dilakukan pada musim kemarau antara 3-4 bulan. Jika saat tumbuhan sedang
berbunga turun hujan yang lama dapat menyebabkan banyak bunga berguguran dan
dapat menyababkan serangan penyakit mildu tepung (Oidium sp.). Bila kemarau berkepanjangan, buah menjadi kurang
berisi dan biji nya tidak dapat berkembang. Namun tanaman ini masih bias tumbuh
pada tanah ang kurang subur dan drainase yang kurang baik, asalkan bukan tanah
tergenang.
D.
KEGUNAAN, TERMASUK CARA PEMAKAIAN
Kulit buah rambutan digunakan untuk mengatasi :
Disentri.
Cara pemakaiannya yaitu, cuci kulit buah rambutan (10 buah), potong-potong
seperlunya. Tambahkan tiga gelas minum air bersih, lalu rebus sampai airnya
tersisa setengahnya. Setelah dingin, saring dan minum sehari dua kali,
masingmasing tiga perempat gelas.
Demam.
Cara pemakaiannya yaitu, cuci kulit buah rambutan yang telah dikeringkan (15
g). Tambahkan tiga gelas air bersih, lalu rebus sampai mendidih selama 15
menit. Setelah dingin, saring dan minum tiga kali sehari, masing-masing
sepertiga bagian.
Kulit kayu rambutan digunakan untuk mengatasi :
Sariawan.
Cara pemakaiannya yaitu, cuci kulit kayu rambutan (tiga ruas jari), lalu rebus
dengan dua gelas air bersih sampai tersisa satu gelas. Gunakan untuk berkumur
selagi hangat.
Daun rambutan digunakan
untuk mengatasi :
Menghitamkan
rambut. Cara pemakainnya yaitu, cuci daun rambutan secukupnya, lalu tumbuk
sampai halus. Tambahkan sedikit air sambil diaduk merata sampai menjadi adonan
seperti bubur. Peras dan saring dengan sepotong kain. Gunakan air yang
terkumpul untuk membasahi rambut kepala. Lakukan setiap hari sampai terlihat
hasilnya.
Biji rambutan digunakan untuk mengatasi :
Kencing manis. Cara pemakainnya
yaitu, gongseng biji rambutan (lima biji), lalu giling sampai menjadi serbuk.
Seduh dengan satu cangkir air panas. Setelah dingin, minum airnya sekaligus.
Lakukan 1–2 kali sehari.
E. KANDUNGAN KIMIA
Buah
rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium, dan
vitamin C. Kulit buah mengandung tanin dan saponin. Biji mengandung lemak dan
polifenol. Daun mengandung tanin dan saponin. Kulit batang mengandung tanin,
saponin, flavonoida, pectic substances, dan zat besi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tumbuhan memiliki segudang manfaat
maka erat kaitannya dengan ilmu farmasi dalam dunia pengobatan mempelajari
morfologi dan anatomi tumbuhan dapat membedakan mana tumbuhan yang berkhasiat
dan dapat dijadikan obat. Adanya mata kuliah botani farmasi merupakan botani terapan, membahas keterkaitan
tumbuhan berkhasiat yang digunakan sebagai obat, menjaga kesehatan dan
kebugaran tubuh dan atau sebagainya. Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan
agar mahasiswa dapat memahami dasar-dasar pengetahuan yang diperlukan untuk
mengetahui dan membandingkan Struktur morfologi
dan anatomi pada kasifikasi
tumbuhan tertentu terutama yang berpotensi penting dalam dunia farmasi.
Daftar Pustaka
Alif, S.M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Rawit. YOGYAKARTA:
Agrios GN. 2005. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada
University Press Bio Genesis
Cronquis, A. 1981. An Integrated System Ofclassification Of
Flowering Plants. New york: Columbia University press
Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya Dan Analisa Usaha Tani. Yogyakarta:
Kanisius
Depkes RI. 1992.Undang-Undang Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI. (google/ebook)
Dwi Purwanti, dkk.2015.Makalah Botani Farmasi.
(google/web)
sidfirman82.blogspot.co.id (diakses Mei 2018)
Farid Ismail.2012.Botani Farmasi. (google/web ebook)
Heironymus, B S.2008.Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta
: PT Agromedia
Pustaka
(google/ebook)
Rukmana, R. 2002. Usaha
Tani Tanam Cabai. Yogyakarta: Kanisius
Rahmat,
R. 2002. Rambutan Komoditas Unggulan
& Prospek Agribisnis.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rismunandar.
1983. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan.
Bandung : Sinar Baru
Setiawan,
D. 2005. Tanaman obat di lingkungan
sekitar. Niaga Swadaya.
Setiyowati,
F M.1997.Arti Katuk bagi Masyarakat.
Yogyakarta : Kanisius
Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan,
D., Wahyuono, S., Donatus, I. A.,
Drajad,
M., Wibowo, S., dan Ngatidjan, 1996,
Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian,
Sifat-sifat dan Penggunaan, 44-52, Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM,
Yogyakarta.
Wildan Pratama. 2014. Botani Farmasi. Dalam blog
pratamaaaw.blogspot.co.id
(google/web)
Comments
Post a Comment